Episode ke-5 'Skenarion Perjumpamaan di Kota Metropolitan Surabaya'
Aku memutuskan untuk meninggalkan kota kelahiran bapak Proklamotor RI, Ir. Soekarno (Surabaya), dan menuju kota Blitar sebagai kota pemakaman almarhum Bung Karno.
Aku masih berusaha untuk merekam setiap jejak langkah selama berpetualangan cinta di kota pahlawan Surabaya. Kota yang tertata rapi, indah dan nyaman bagi para pendatang, menjadi ciri khas Wali kota saat itu, Ibu Tri Rismaharini.
Diantara banguanan pencakar langit kota Metropolitan Surabaya, aku menggunakan Kereta Api Penataran. Sebuah Kereta Api lokal yang melayani antar kota Suarabaya -- Malang -- Blitar.
Tepat cakrawala berada di garis khatulistiwa, aku meninggalkan kota Surabaya menuju kota Apel (Malang). Perjalanan yang sangat menyenangkan. Karena pemandangan alam yang sangat menawan hati.
Goresan-goresan rindu semakin mengejar aku untuk bersua dengan Winda di hari pernikahannya. Cakrawala kembali bertengger di ujung Barat, Kereta Api yang aku tumpangi tiba di Stasiun Malang.
Selama berada di Stasiun kota Malang, aku berhenti sejenak untuk mengumpulkan keberanian, sebelum melanjutkan perjalanan menuju kota kelahiran admin Komunitas Penulis Berbalas (KPB) Anis Hidayati.
Secuil rasa tertambat di antara kelap-kelip Stasiun kota Malang. Aku mencoba untuk mengalihkan perasaan yang sudah berlarian, melintasi ubun-ubun kepala, dengan membangun dialog. Dialog lintas intercultural (lintas budaya).
"Mas piye kabare?" Tanyaku.
"Sae-sae mawon, mas."
Selebihnya aku bertanya menggunakan bahasa pemersatu bangsa.