Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Teknik Eksekusi Ide Tanpa Beban

Diperbarui: 14 Maret 2021   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis lepas. Foto dari Pixabay

Tatkala hati dan pikiran dirundung oleh anek atribut seputar label, sampai langit terbelah menjadi dua pun ide hanya berkeliaran di area imajinasi.

Bebaskan diri dari label adalah prinsip saya dalam memungut ide dari manapun. Ide yang terlintas di benak, takkan saya biarkan mencari dan meliuk-liuk di antara ketakutan.

Ketakutan untuk mempertahankan kualitas diri dari label, hanya mengerdilkan semangat menulis. Menulislah selagi batas usia belum dicabut oleh penyakit frustrasi.

Kita akan terus dijajah oleh atribut seputar label tulisan. Sepintas saya menari-nari untuk mencari ide di setiap artikel rekan Kompasianer.  Di ujung cinta, mata dan pikiran saya tertuju pada artikel dari Kompasinaner Trian Ferianto," Bahaya Jika Harus Menjadi Artikel Utama Kompasiana." Meminjam diksinya, "Saya meraskan ada yang tidak beres. Menulis untuk bahagia, menjadi menulis karena beban."

Diksi-diksi motivasi ini telah membakar semangat saya untuk terus mengulik dan mengeksekusi setiap ide yang terlintas di dalam benak pikiran. Saya tak peduli, bila apa yang saya ulik tidak menarik dan memberikan value bagi pembaca. Intinya, semangat untuk menjadi yang terbaik harus terus mekar dalam setiap langkah pengembaraanku. Karena perjalanan terpanjang yang dilalui oleh setiap orang adalah mengalahkan diri sendiri.

Belakangan ini saya berjalan, menyusuri setiap sudut-sudut kota untuk mengais ide, demi meracik rasa dan pikiran dalam kemasan cinta. Saya terus meramu mantra di dunia kepenulis untuk bisa mengalahkan diri sendiri.

Meramu mantra, menuai produktivitas dalam berkarya. Berkarya dalam dunia keabadian sangat menyenangkan. Selain itu, ada rasa untuk membelah jantungnya semesta melalui setiap karya saya.

Lalu, apa saja yang harus dilakukan untuk membebaskan diri dari beban? Istilah klasik mengatakan bahwa,"Banyak jalan menuju Roma." Tapi bagi saya hanya ada satu jalan yakni, menulis lepas.

Filosofi lepas landas sangat tepat untuk mengabadikan setiap ide yang terlintas di dalam benak pikiran. Menulis lepas seirama bernyayi tanpa beban. Meskipun dalam setiap bidikan notasi angka ada nada fals yang terdengar oleh sang mentor. Tapi, melalui teknik menulis minimalis, niscaya ada rasa kepuasan yang terus menyinari hati dan pikiran kita.

Layaknya, mentari yang menyinari siapapun tanpa memilah-milah. Begitupun, karya tulisan kita tak pernah memilah-milah pembaca dari golongan apapun. Yang terpenting ada inspirasi, motivasi dan semangat kebaharuan bagi pembaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline