Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Setiap Orang Butuh Keseimbangan Hidup

Diperbarui: 11 Maret 2021   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keseimbangan hidup. Foto dari Pixabay

Ke manapun Sang Musafir, ia tidak akan pernah takut. Jika arah dan tujuannya tak ada sumber mata air.

Sebagai sesama agama Samawi. Agama Samawi atau aliran agama yang berasal dari bapak Abraham yakni, Yahudi, Kristen dan Islam. Menghargai dan menghormati adalah syarat mutlak bagi kita dalam kehidupan berbangsa.

Peta politik ketiga agama samawi ini memang tidak pernah selesai. Karena perbedaan cara pandang. Tapi, sejatinya, ketiga agama samawi ini mengajarkan nilai-nilai universal.

Ya, nilai universal adalah ciri khas dari ketiga agama samawi ini. Atau dewasa ini kita mengenalnya sebagai agama humanisme. Karena berpusat pada rasa kemanusiaan.

Setiap orang butuh keseimbangan hidup. Hidup adalah pilihan. Diantara pilihan ada kelahiran dan kematian. Setiap orang memilih untuk hidup atau mati.

Ada yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak benar. Ada yang dirundung masalah hidup yang tak pernah selesai. Ada pula yang memilih untuk hidup abadi (Imortal).

Menjalani kehidupan di era 21 memang tidak mudah. Karena kita semua terkontaminasi dengan teknologi yang memaksa kita untuk mau tidak mau harus mengikuti hukum algoritma waktu. Waktu berlalu secepat kilat. Sementara, kita selalu bersentuhan dengan masalah. Masalah hadir bukan untuk menambah beban kita. Melainkan masalah ada untuk mengajarkan kita bagaimana rasanya bersyukur.

Bersyukur dengan kehidupan yang kita jalani saat ini. Apapun kondisi kita saat ini, kita butuh jiwa spiritual untuk menyeimbangkan sisi egosentris kita kepada banyak hal yang berada di luar kendali kita. Kita tak mungkin berjalan sendirian. Melainkan kita selalu berjalan berdampingan dengan Sang Pencita.

Pencipta telah memberikan segalanya bagi kita. Tinggal kita yang mengolah dan menjalaninya. Segalanya sudah ada. Kita hanya butuh kerendahan hati untuk selalu datang pada-Nya dan bersembah sujud, sebagai ungkapan terima kasih kita kepada segala kebaikan-Nya.

Saya masih mengingat jelas ungkapan dari Zig Ziglar,”Jika engkau kecewa dan mengeluh terhadap kekurangan yang ada pada dirimu, maka datanglah kepada Arsitek yang telah merancang dan menciptamu.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline