Obat penawar rindu bagi perantau adalah pulang kampung (Fredy Suni)
Pulang kampung di hari Natal adalah dambaan setiap orang. Terutama bagi mereka yang beragama Kristiani. Suasana hari Natal di tanah rantau, tak seromantis di tengah kehangatan keluarga di kampung halaman. Walaupun perayaan hari Natal bisa dirayakan di mana saja. Akan tetapi, kurang afdal, bila cinta yang sudah dipendam selama peziarahan di tanah rantau, ikut terkubur bersama pupusnya harapan untuk kembali ke kampung, karena keadaan kesehatan global, khususnya kesehatan Nasional belum sepenuhnya pulih dari Pandemi Covid-19.
Pulang kampung adalah ritual, tradisi yang sudah ada di dalam kehidupan seorang perantau, dari zaman dahulu hingga sekarang. Apalagi selama bertahun-tahun ada yang belum pulang kampung, rasanya tak karuan (jelas) di dalam hati.
Bertahun-tahun mereka menikmati ritme kelap-kelip kota Metropolitan. Kota metropolitan memberikan segalanya untuk mereka. Termasuk kemewahan sementara, ketenaran sementara, kemerdekaan sementara dari kungkungan drainase ekonomi yang tak kunjung membaik di kampung halaman. Lalu, mereka memilih untuk merantau. Tujuannya,untuk merubah keadaan ekonomi keluarga yang lebih baik.
Mirisnya, ada yang terjerumus ke dalam lingkaran budaya hedonisme, konsumerisme, segala jenis perdagangan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial, dll. Akibatnya, ada yang tidak pernah pulang kampung. Komunikasi putus dengan keluarga, sahabat, kenalan di kampung halaman. Maka, timbullah asumsi bahwa orang yang bersangkutan sudah meninggal. Sekadar kita mendengarkan lagu Ebiat G ade yang berjudul, Berita Kepada Kawan.'
Lampion-lampion semesta menemani bulan Desember. Desember pun menyambut setiap niat baik dari para perantau untuk pulang kampung. Masalahnya, isi dompet menyejarah bersama gurun pasir yang tak berpenghuni, alias Don't have money. Dinamika hidup perantau yang unik untuk dikaji dari sudut pandang filsafat jalanan.
Hati perantau semakin gelisah mendekati hari Natal. Sementara rindu terus dibajak oleh perasaan bersalah, karena tidak bisa pulang kampung. Suasana kedamaian, canda-tawa, panorama asri kampung halaman terus terbayang dalam angan. Terbentuklah ruang kosong di dalam rak semesta para perantau.
Pulang kampung (pulkam), menambah rentetan peristiwa kurang menyenangkan di tahun 2020 bagi para perantau. tiga (3) hari lagi, Sang Juru Selamat, Yesus Kristus hadir membawa kedamaian bagi semesta. Harapannya, semoga kedatanagan Sang Penyelamat, mengakhiri peristiwa kepanikan global di tahun 2020.
Selamat menyongsong Hari Raya Natal bagi rekan Kompasianer, sahabat, kenalan, Tim Kompasiana yang selalu hadir menemani setiap aksara di rumah inspirasi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H