Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Kamu Berhak Bahagia dalam Kondisi Apapun

Diperbarui: 22 Desember 2020   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi rasa bahagia dalam situasi apapun. Sumber; Pixabay

Kekurangan perhatian, finansial, kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, rumah tangga yang hampir retak, komunikasi yang tidak baik dengan sesama, tidak menjadi alasan untuk kamu tetap merasa bahagia (Fredy Suni)

Kadar kebahagiaan kamu mestinya tidak dipengaruhi oleh keadaan apapun. Karena kehidupan terus berjalan. Usia kamu makin berkurang menuju batas kehidupan normal manusia, yakni 80-90 tahun. Kecuali kamu melawan hukum semesta dengan menginvestasikan ratusan bahkan ribuan triliun untuk menambah usia hidup anda dengan jalur teknologi, yakni menciptakan robot yang selalu meregenerasi seluruh organ tubuh kamu. Niscaya kan?

Bahagia yang kamu rasakan akan menstimulus (merangsang) orang lain untuk ikut merasakan kebahagiaan. Bahagia tidak didapatkan dengan kelimpahan materi, seks yang memuaskan, karier yang lebih baik, istri yang cantik, suami yang ganteng, anak yang lucu, dll. Memang semua itu adalah kebutuhan manusia. Namun, kamu juga harus mengetahui bahwa manusia tidak pernah puas dengan apa yang diraihnya. 

Nah, berikut penulis mencoba untuk menggunakan,'Teori Hirarki Kebutuhan,' dalam ajaran Psikolog Abraham Maslow. Terutama pada poin kelima, yakni 'Aktualisasi diri.'

Aktualisasi diri. 

Kebutuhan ini tidak melibatkan keseimbangan atau homeostasis, tapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi diri paling maksimal. Artinya orang yang mencapai aktualisasi diri berpusat pada realistis, dapat membedakan yang palsu dan asli. Caranya mencari solusi dari setiap rintangan. Proses lebih penting daripada hasil. (Mohon maaf, karena materi ini penulis dapatkan sewaktu masih menjadi mahasiswa semester pertama, di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang). Jadi, sumber yang penulis gunakan adalah catatan penulis sendiri dari power point dosen saat itu. 

Kebutuhan akan rasa bahagia terletak pada kemampuan kamu dalam mencari solusi di tengah situasi yang tidak memungkinkan seperti kehidupan kita saat ini. Di mana, pandemi Covid-19 tidak menjadi alasan kamu untuk terus memperkaya diri dengan hal-hal positif, yang nantinya akan berguna bagi masa depan kamu. Hal-hal positif seperti, membaca banyak buku, membangun jaringan yang lebih luas dari sebelumnya, mengikuti kursus offline maupun online, berdiskusi, dll.

Selain kemampuan untuk mencari solusi, ada satu hal yang lebih penting untuk mendapatkan kebahagiaan adalah bersyukur. Terkesan sederhana, namun rasa syukur akan meningkatkan daya imun kebahagiaan dalam diri. 

Kemampuan mencari solusi dan bersyukur adalah dua hal yang akan menghantar kamu pada kebahagiaan. Apapun kondisi kamu saat ini, kamu berhak bahagia.

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline