Sukses adalah impian setiap orang. Sukses sampai melupakan akar adalah perihal kesombongan. Sejatinya, kesuksesan apa pun itu hanya titipan sementara, bersifat tak pasti.
Hari ini anda memiliki bisnis yang menjanjikan, karir yang cemerlang, keluarga yang harmonis. Esok segalanya tinggal kenangan. Hari ini, anda merendahkan orang lain, besok dan lusa orang lain akan merendahkan anda. Hari ini, anda menertawakan kemiskinan orang lain, besok orang akan menertawakan kejatuhan anda.
T berasal dari salah satu keluarga termiskin di kotanya. Ia memiliki seorang sahabat yang bernama M. T dan M selalu berbagi dalam segala hal. Termasuk masalah pribadi. Kisah persahabatan mereka dipisahkan oleh waktu. Di mana, T memilih merantau di negeri seberang. Tak lama kemudian, M juga menyusul T.
Setelah melewati proses yang panjang, T berhasil diangkat menjadi direktur di tempat kerjaannya. Sebut saja, ia menjadi direktur di salah satu Perusahaan ternama di tanah rantau. Sementara, nasib M tak kunjung membaik.
M merasa frustrasi dengan keadaannya. Sehari ia berjuang untuk mendapatkan sepiring nasi di tanah rantau. Ia berprofesi sebagai cleaning service. Menjelang pertengahan tahun, mereka menghadiri salah satu event terakbar di tanah rantau, yakni pesta pelepasan akhir tahun. Mereka berkumpul di salah satu Bar berbintang yang merogoh isi dompet.
T datang menggunakan mobil mewah, sementara M hanya menggunakan sepeda motor. M juga berpakaian ala kadarnya. Pertemuan itu dirusak oleh ulah T yang menghina M hanya karena masalah penampilan dan menggunakan sepeda motor. M tak mengira, sahabatanya hanya karena memiliki status yang lebih tinggi, ia menghina dirinya. M merasa malu dengan hinaan T.
Krisis moneter menimpa perusahaan tempat T bekerja. PHK massal tak dielakan lagi. T termasuk ribuan karyawan yang di PHK oleh Perusahaan. T jatuh miskin dan menderita. Sementara, nasib memihak M. M berhasil dipercayakan oleh bosnya untuk memegang salah satu kantor cabang di tanah rantau. M merasa bersyukur dengan jabatan barunya.
Selang beberapa hari masa kepemimpinan M, ia menerima salah satu lamaran dari nama yang tak asing baginya. Ternyata betul, lamaran itu milik T sahabat yang telah berubah dan melupakan akar kehidupannya. M meminta sekertarisnya untuk menghubungi T untuk menghadiri Walkinterview pada esok harinya.
Saat yang tak terduga bagi T pun terjadi, yakni ia melihat M memasuki ruangan interview ditemani oleh sekertarisnya. M yang sudah mengetahui keberadaan T, hanya tersenyum.