Jesika sedang bermain melodi cinta di tepi Danau. Melodi cinta terdengar merdu. Komposisi notasi nada, beriringan Sang Pengada. Sementara dari kejauhan, terdengar rayuan gombal kepada rembulan dari seseorang yang berada di seberang Danau. Lelaki misterius itu terus menggoda rembulan.
Rembulan menggantung indah di angkasa. Jesika ikut menggoda rembulan. Rayuan gombal terus menemani Jesika di pinggir Danau. Oh, ternyata lelaki misterius itu pernah meninggalkan bekas luka dalam hidup Jesika.
Jesika berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari lelaki misterius itu, sembari ia berharap untuk bertemu dengan sosok lelaki misterius itu. Namun, Jesika menemui jalan terjal. Karena Jesika tenggelam bersama keindahan rembulan malam.
Malam terus berganti, Jesika selalu datang ke Danau itu. Sepertinya, ada mutiara yang terpendam di dasar Danau. Rasa penasaran untuk berjumpa dengan sosok lelaki misterius, seakan menarik dan menantang Jesika. Maklum, pribadinya yang suka berimajinasi dan memiliki semangat keingintahuan akan segala apa yang ada di semesta. Sekali pun, ia harus berhadapan dengan mahkluk gaib (tuyul, setan) dan segala jenis takhayul yang ada dalam mitos budayanya.
Selain suka berimajinasi dan rasa ingin tahu, Jesika sangat mencintai sejarah. Kecintaan terhadap sejarah, ia dipercayakan untuk tergabung dalam Tim Arkeolog di Kotanya. Tentu prestasi ini sangat membanggakan dirinya dan keluarganya. Karena, ia adalah satu-satunya generasi emas yang terpilih dari kampung halamannya.
Tergabungnya Jesika ke dalam Tim Arkeolog semakin menawarkan warna kehidupan. Ia berkenalan dengan salah satu rekan seprofesinya. Butiran asmara percintaan mulai bersemi di bawah rembulan. 3 bulan berlalu, Jesika dan rekan profesinya menemukan benda-benda bersejarah di Danau Mutiara.
Danau Mutiara adalah tempat peninggalan benteng pertahanan zaman penjajahan. Jesika dan rekan profesinya (Pacarnya) bersekongkol untuk menjarah benda-benda peninggalan itu demi kepentingan sendiri. Mereka tak memberitahukan penemuan itu kepada pihak Pemerintah setempat. Mengingat benda-benda bersejarah itu memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Jesika dan pacarnya mulai mencari link/koneksi di luar negeri untuk menjual benda bersejarah itu. Merek pun menemukan koneksi yang bertugas di salah satu museum ternama di negaranya. Proses pemindahan benda-benda bersejarah itu berjalan dengan sistematis. Memang kekuasaan uang dapat menutupi mulut pemerintah dari desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan ibu kota negara. Karena triliunan rupiah sudah bersesakan di ruang ATM mereka.
Namun, hal yang tak diinginkan oleh Jesika itu benar-benar terjadi. Di mana rekan profesinya (pacarnya) menipu Jesika. Triliunan rupiah hilang dari hadapan Jesika. Manipulasi data akhirnya menjebloskan Jesika ke dalam penjara. Karena ia dituduh telah menggelapkan dan menjual benda-benda bersejarah ke luar negeri tanpa sepengetahuan Pemerintah Pusat. Memang, hukum di Indonesia selalu membenarkan yang salah, yang benar disalahkan.
5 tahun berlalu, Jesika keluar dari Penjara. Iseng-iseng untuk mengunjungi Danau yang telah menyimpan sejuta kenangan dan penghianatan. Tanpa sengaja ia bertemu dengan rekan profesi (mantan pacarnya) yang telah menghianatinya. Perjumpaan tak sengaja itu, sekaligus sebagai akhir dari keberadaan mantan pacarnya. Karena mantan pacar Jesika bunuh diri di pinggir danau bersejarah itu.