Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Separuh Jiwaku Tertinggal di Kota Toleransi Malang

Diperbarui: 3 Oktober 2020   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

expedia.com

Tolerasi adalah identitas masyarakat kota Malang. Selain dijuluki kota toleransi, ada sebutan lain  yakni kota pendidikan. Antara kota toleransi dan pendidikan dielaborasikan dalam semangat persaudaraan. Persaudaraan yang menghimpun ras 'Melayu Muda dan Melayu Tua serta Papua Melanesia.'

Setiap pojok 'Alun-Alun kota Malang' selalu ada percampuran ras. Kebahagian terpancar dari arah Timur, Barat, Selatan dan Utara. Sekitar 50 meter dari Alun-Alun Kota terdapat bangunan Masjid Agung Malang. 

Tak jauh dari 100 meter terdapat Gereja Kayu Tangan Malang. Bangunan dari kedua rumah ibadah ini diapit oleh pusat perbelanjaan dan perkantoran kota Malang.

Pixabay;

Kota Malang adalah memori yang tak akan pernah lekang dan usang dari jantung hatiku. Karena saya telah menitipkan separuh jiwaku di kota toleransi Malang. Malang adalah kota di mana saya mengenal apa itu perbedaan? Apa itu arti persaudaraan? Apa itu rindu? Apa itu tujuan hidup?

Perbedaan itu unik karena ada pilihan hidup. Setiap tahun generasi muda terbaik dari segala penjuru nusantara, tak ketinggalan pula generasi mancanegara menempuh pendidikan di kota Malang. 

Percampuran budaya telah melahirkan pola pikir akan kehidupan. Pola pikir dari setiap keunikan pribadi melahirkan epistemologi pengetahuan dalam menghargai warna kulit, bahasa atau dialek, selera, humor akan kehidupan.

Detak jantung saya kagum akan keunikan setiap pribadi. Karena dalam keunikan ada kekayaan budaya nusantara. Kekayaan nusantara dikemas dalam setiap pentas budaya dari mahasiswa kota Malang setiap tahun. Bertolak dari keunikan ini saya diperkaya dengan budaya nusantara.

Budaya adalah identitas setiap orang. Dalam identitas saya mengenal rasa persaudaraan di tanah rantau. Saya merajut rasa persaudaraan dalam mencintai budaya sesama, layaknya saya mencintai budaya Timor. Persaudaraan telah membawa saya pada persahabatan. Dalam persahabatan ada perpisahan dan rindu.

Rindu adalah obat terlaris para perantau. Perpisahan bersama sahabat saya di kota Malang telah membawa kerinduan. Setiap hari saya selalu rindu suasana kehidupan tolerasi kota Malang.

Kota Malang telah membuat saya jatuh cinta. Saya cinta kehidupan di sana. Saya cinta orang-orangnya. Saya cinta budayanya. Saya cinta kedamaiannya. Cinta telah membawa saya pada tujuan hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline