Pergi!Pergi!Pergi kau anak durhaka! Aku tak mau melihat mukamu di negeriku! Kau penjilat, penipu anakku! Bagaimana kau menipu bangsamu sendiri, hanya untuk mencari ketenaran dan kekuasaan. Ingat ya, rahasiamu akan ku bongkar di semesta! Tangisan negeriku.
Sejauh mata memandang, air laut meluap melalui tetesan air mata negeriku. Anak ku telah menjual rahimku hanya untuk mencari kekuasaan. Aku tersiksa melihat kekayaan alamku direbut oleh orang asing. Perang ideologi bangsa digdaya telah menyakiti rahimku.
Sakit hatiku tak seberapa dengan anak-anakku yang telah menjual rahimku kepada orang asing. Mereka telah mempermainkan anak-anakku dengan banjir rekening. Hay, anak ku apa kau tak sadar, kalau kau masih dijajah oleh bangsa asing. Sadarlah anakku! Aku tak kuat melihat perang mulut di antara kalian. Kalian telah lahir dari rahimku, tapi rahimku telah diperebutkan oleh bangsa asing. Lalu, kalian semakin diasingkan dari rahimku, nak.
Sampai kapan kau akan tetap terbaring lelap dalam tidurmu, nak? Apa kau tak ingat pesan Bapakmu, nak? Bapakmu pernah mengatakan,"Aku tinggalkan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya." (Ir Soekarno).
Sekarang bangsa besar dunia iri dan berusaha untuk menguasai rahimku. Mereka tertawa dan bersenang di atas keringat dan penderitaanmu, nak! Hanya satu pesan dari aku," kejarlah rahimku yang sudah diambil oleh bangsa besar dunia." Bawalah kembali rahimku untuk anak cucuku.
Aku tahu perjuanganmu sangat berat, tapi perjuanganmu akan ringan bila kalian ada kerja sama untuk membawa pulang rahimku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H