Perpisahan selalu datang tanpa diundang. Kehilangan orangtua semenjak kecil adalah penderitaan terberat dalam kehidupan manusia. Masa kecil yang suram telah dilalui oleh Yosep Tasain. Yosep Tasain berasal dari desa Banain, kecamatan Bikomi Utara, kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
Salah satu qoutes novel saya,"Manusia hidup dalam dua dimensi, yaitu dimensi terang dan dimensi gelap. Dimensi kelahiran dan dimensi kematian. Manusia tak pernah memilih keluarga, tempat dan negara di mana ia dilahirkan. Yang terpenting bagi manusia adalah menghargai arti dan makna kehidupan."
Tahun 1986 ia kehilangan ibunya saat masih bayi. Senyuman tulus dari ibunya tak bisa ia lihat. Selang empat tahun, ia kehilangan ayah tercintanya. Yosep Tasain tak pernah memilih dari mana ia dilahirkan. Kehilangan orangtua bagaikan kehilangan jati dirinya. Akhirnya, Yosep dan kakak perempuannya diadopsi oleh salah satu kerabatnya.
Perjuangan dalam menaklukkan labirin semesta dimulai saat ia berusia tujuh tahun. Di mana ia bertarung untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya dengan berjualan pisang goreng. Keterbatasan modal tak menjadi penghalang bagi Yosep dan kakaknya yang sudah kehilangan orangtuanya. Tinggal bersama orang lain jauh berbeda perlakuannya. Mereka menderita secara emosional, fisik dan finansial.
Penderitaan secara emosional, fisik dan finansial mendorong Yosep untuk pindah sekolah ke negeri gersang Timor Leste. Bertepatan dengan pergolakan Timor Leste tahun 1999 ia berhasil menyelesaikan pendidikan dasarnya. Krisis kemanusiaan waktu itu membawa Yosep pulang ke kampung halamannya.
Yosep mencari kemerdekaannya dengan cara merantau ke jantung kota Kupang sekaligus sebagai pusat administrasi provinsi Nusa Tenggara Timur. Yosep bekerja sebagai kuli bangunan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi selama setahun. Di situlah titik awal ia memilih untuk merantau ke kota pahlawan Surabaya Jawa Timur. Yosep mengambil keputusan untuk merantau ke kota pahlawan Surabaya telah meninggalkan segudang pertanyaan bagi kerabatnya. Berbekal uang lima ratus ribu, ia menjelajahi dunia luar dengan budaya, bahasa, ras yang sangat beragam di kota Surabaya.
2002 ia bekerja di salah satu bengkel sepeda motor dengan upah seratus ribu selama setahun. Jiwa mudanya bergelora untuk mencari tantangan baru di kota Tulungagung. Selama di Tulungagung ia bekerja di salah satu konveksi dengan upah sembilan ribu per hari. Setahun telah berlalu, Yosep akhirnya pindah ke kota Metropolitan Jakarta.
Ribuan anak desa berlomba untuk menikmati hujan kelap-kelip kota metropolitan. Mereka telah melupakan kesunyian kampung halamannya. Yosep bekerja di pakrib levis selama dua tahun. Yosep terus mencari tantangan baru dengan bekerja di perusahaan kecantikkan selama dua tahun. Lalu ia pindah kerja di pabrik sepatu selama empat tahun.
Di saat yang bersamaan, irama cinta mulai membanjiri seantero jiwanya. Layaknya romantisme Romeo dan Juliet dalam karya William Shakespeare. Cinta bersemi selama tiga bulan bersama tambatan hatinya. Mereka tinggal bersama dalam satu bahtera yang dinahkodai oleh Yosep.
Perpaduan cinta eros, philia dan agape menghasilkan si buah hati yang sangat lucu dan cantik. Sebut saja Jesika. Jesika selalu menggantung indah di angkasa. Yosep dan Maryati hidup bahagia bersama Jesika putri semata wayangnya