Warung kejujuruan, demikian orang biasa menyebutnya untuk sebuah kantin atau warung yang menjajakan dagangan tanpa ditunggu pemiliknya.
Setiap barang yang dijual, sudah ada tarif dengan harga pas, lalu si pembeli yang membutuhkan barang tinggal ambil baranngya. Kemudian membayar ke tempat yang sudah disediakan, biasanya dalam sebuah box atau toples. Kalau uangnya harus ada kembalian, kembaliannya juga tinggal ambil sendiri dalam box atau toples di tempat uang yang sudah disediakan tersebut.
Adalah warung Bu Warsi, sebut saja namanya demikian yang ada di kantor kami di Jambi. Seorang mantan staf yang awalnya menjual kacang goreng dalam sebuah toples dengan harga seribu rupiah perbungkus.
Cukup laris barang dagangan warung kejujuran ini, karena si kacang goreng rasanya renyah dan gurih, serta tentu saja harganya sangat bersahabat.
Kawan-kawan staf yang membeli tinggal membayarnya di toples khusus tempat uang, kalau perlu kembalian pun tinggal mengambilnya di toples tersebut.
Kalau toples kacang goreng sudah kosong, ada kawan yang melapor ke si penjual, dan ia akan mengisinya kembali. Sedangkan untuk uangnya, kadang-kadang langsung diambil dan kadang-kadang tidak, mungkin uangnya sengaja dikumpulkan dahulu atau menjadi semacam tabungan, setelah agak banyak baru diambil.
Setelah kacang goreng, barang dagangan Bu Warsi bertambah satu toples lagi, yang berisi berupa keripik pisang. Seperti halnya kacang goreng, keripik pisang pun cukup laris karena rasanya renyah, gurih dan juga crunchy seperti rasa kacang goreng.
Memang susah kalau "pengamatnya" bukan ahli kuliner tapi suka makan, padahal di lidahnya cuman ada dua rasa, yaitu rasa enak dan enak sekali.
Tidak hanya jualan kacang goreng dan keripik pisang, warung Bu Warsi ini pun ternyata tanpa sengaja terus berkembang, dan di sana pembeli dapat melakukan transaksi simpan pinjam. Nah loh, bagaimana ceritanya?
Jadi begini ceritanya, pas saya ke kantor naik ojek dan daya tidak ada uang kecil untuk bayar, lalu ingat di toples warung Bu Warsi banyak uang kecil. Akhirnya saya pinjam dulu untuk bayar ojek, dan besoknya saya bayar.
Itu baru cerita pinjam, nah kalau cerita nyimpannya bagaimana?