Di suatu pagi saat menuju penghujung akhir tahun 2022 tiba-tiba badan ini sangat sulit beranjak dari tempat tidur dan bagian pinggul sebelah kanan terasa ngilu luar biasa yang kadang menjalar rasa ngilunya hingga ke pinggul sebelah kiri.
Rasa ini sebenarnya pernah dirasakan saat 3 bulan pertama diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar atau disebut PSBB yang kemudian berubah istilah menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau populer dengan istilah PPKM namun karena lambat laun menghilang rasa ngilunya maka diabaikan begitu saja.
Ternyata rasa sakit itu kembali terasa bahkan menjadi mengganggu karena sama sekali sulit untuk beranjak dari tempat tidur secara normal sehingga membutuhkan tongkat untuk pijakan dan pada akhirnya saya putuskan untuk ke rumah sakit di daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Setelah ambil nomor antrian maka berlanjut bertemu dengan dokter Ortopedi dan setelah melakukan obrolan panjang pada akhirnya disarankan untuk melakukan MRI dan Rontgen.
Jujur saat melakukan kedua tindakan tersebut agak sedikit khawatir khususnya untuk pemeriksaan MRI karena badan akan dimasukan kedalam sebuah lorong dalam durasi kurang lebih sekitar 30 menit dan . Selama proses MRI berlangsung kita disediakan sebuah headphone agar bisa mendengar lagu-lagu kesukaan namun selama proses MRI berlangsung tetap saja suara mesin lebih dominan dibandingkan suara musik di dalam headphone tersebut.
Ketika kedua proses selesai dilakukan di hari yang sama maka keesokan harinya sekitar pukul 11 siang hasilnya sudah bisa diperoleh dengan berkonsultasi dengan dokter lebih lanjut untuk mendapatkan saran proses penyembuhan yang akan dilakukan kedepannya.
Setelah memperlihatkan hasil Rontgen syukur alhamdulillah tidak hal yang mengkhawatirkan dalam struktur tulang namun ketika melihat hasil MRI ternyata ada syaraf yang tersenggol bantalan tulang belakang atau biasa disebut dengan saraf kejepit atau istilah kedokterannya Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
Mendengar hasil pembacaan dari foto MRI tersebut jujur agak khawatir juga awalnya namun syukur alhamdulillah dokter memberikan beberapa solusi untuk proses penyembuhan penyakit tersebut. Hal pertama yang disampaikan adalah mengurangi berat badan dikarenakan tulang cukup berat menanggung beban badan sehingga berdampak pada bantalan tulang yang akhirnya menyinggung saraf.
Saran berikutnya adalah melakukan proses fisioterapi selama 6x agar dapat memberikan proses relaksasi pada bagian pinggul belakang sebelah kanan dan yang terakhir dianjurkan untuk melakukan renang secara rutin untuk bisa memulihkan kondisi tulang belakang juga sekalian membakar kalori bagian dari proses mengurangi berat badan.
Dari ketiga saran dokter tersebut maka hal yang langsung dilakukan pertama adalah fisioterapi karena kebetulan di rumah sakit tersebut juga menyediakan layanan fisioterapi sehingga harapannya ada progres yang bisa dirasakan lebih awal karena jujur beberapa hari pake tongkat lumayan risih juga karena sulitnya bangun dari posisi duduk ataupun posisi berbaring dari tempat tidur sangat memerlukan bantuan tongkat untuk memindahkan fokus beban dari pinggul kanan ke tongkat tersebut.
Fisioterapi pun dilakukan dengan terapi awal melakukan beberapa stretching layaknya olah tubuh Yoga yang awalnya saya suka ketawa kalo melihat istri melakukannya dan kini saya harus melakukannya. Awalnya agak takut karena khawatir muncul rasa nyeri namun setelah mengikuti instruksi yang disarankan ternyata malah enak dan ketagihan kecuali pada child pose ini adalah bagian tersulit karena badan ga bisa sujud sempurna karena terganjal lemak perut Hahahaha.
Berlanjut ke terapi berikutnya yakni proses relaksasi dengan menggunakan daya listrik rendah untuk merangsang bagian otot dan saraf sepertinya karena awalnya terasa ngilu tapi setelahnya menjadi nyaman setelah itu berlanjut proses penyinaran sehingga pinggul pun terasa hangat.