Lihat ke Halaman Asli

Freddy Pattiselano

Freddy adalah staf pengajar di Fakultas Peternakan Universitas Papua Manokwari

Kuskus, Hewan Endemik Berbulu Halus yang Dipelihara Masyarakat

Diperbarui: 20 Februari 2023   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuskus yang diperdagangkan di Manokwari (Dokumentasi Pribadi)

Kuskus adalah jenis hewan berkantung yang termasuk dalam Famili Phalangeridae, yang menurut Petocz (1994) sebagai hewan yang besar, kokoh dan memiliki bulu tebal serta bermacam warna seperti coklat, hitam hingga putih.

Menzies (1991) menggambarkan kuskus sebagai hewan dengan kepala bundar, mempunyai bulu seperti wool, bersifat soliter, arboreal dan nokturnal, yang selanjutnya menurut Flannery (1994) adalah hewan pemakan daun, buah, bunga dan kulit pohon sebagai makanannya.

Penyebaran kuskus di Indonesia terbatas di Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Di Papua, pemanfaatan kuskus sangat tinggi, karena keunikan penampilannya dan keindahan bulunya, karena itu sering dipelihara sebagai hewan kesayangan. Hal ini sangat dimaklumi, karena tujuan memelihara kuskus sebagai hiburan.

Spesies kuskus yang paling sering dipelihara adalah kuskus totol biasa (Spilocuscus maculatus) dan kuskus coklat atau kuskus timur atau kuskus kelabu (Phalanger orientalis). 

Pemeliharaan kuskus sangat sederhana, di dalam kandang yang dibuat dari kayu dan kawat dan biasanya diletakkan di pohon atau tempat yang agak tinggi. Hal ini disesuaikan dengan kebiasaan hidup di pucuk-pucuk pohon.

Kuskus yang dipelihara adalah hasil buruan masyarakat yang masih dalam keadaan baik dan sehat. Pakan yang diberikan biasanya daun-daunan (kedondong), buah-buahan (kedondong, belimbing, kelapa), atau bahkan sisa makanan/sisa dapur, sedangkan pakan alaminya adalah buah beringin dan jambu-jambuan.

Nilai rekreasi atau hiburan dari kuskus ini menjadikannya sering menjadi target perburuan dan diperdagangkan secara bebas. Harga jual seekor kuskus yang hidup berkisar antara Rp 300.000 sampai dengan Rp 500.000.

Perdagangan kuskus sangat marak di Manokwari khususnya ketika ada kapal antar pulau dari Pulau Numfor merapat di pelabuhan Manokwari.

Pada bulan Juli-September biasanya ketika sedang musim buah di Pulau Numfor, kuskus diburu, karena sering merusak areal perkebunan masyarakat. Hasil buruan dijual ke Manokwari.

Menurut masyarakat yang memelihara kuskus, kendala yang paling utama, yaitu tingkat adaptasi kuskus dengan lingkungan tempat pemeliharaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline