Lihat ke Halaman Asli

Setahun Tidak Menulis di Kompasiana

Diperbarui: 5 Juli 2015   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari ini tepat satu tahun saya absen menulis di Kompasiana. Selama itu juga saya jarang berkunjung ke Kompasiana. Hanya sesekali, dengan rentang waktu yang cukup lama antara satu kunjungan dan kunjungan berikut. Akibatnya, salah satunya, saya tidak mengetahui ‘wajah’ baru Kompasiana. Sekalipun beberapa waktu lalu ada kiriman surel dari Kompasiana, tetapi karena kesibukan, saya hanya membacanya dan tidak banyak menyelisik lebih jauh. Nah, saat berkunjung ke Kompasiana beberapa hari lalu, surprise saya melihat ‘wajah’ baru Kompasiana yang begitu lain. Kesan saya, Kompasiana yang simpel, rapi, teratur dan keren. Ah, saya terlambat mengetahui. Lalu tiba-tiba saya tersenyum dan menjadi sangat ingin menulis (lagi).

Selain karena kesibukan, kelelahan fisik membuat keinginan untuk menulis datang dan pergi. Satu dua kali mencoba menulis, tetapi baru berlangsung dua tiga alinea, terhenti. Keinginan menjadi redup. Saat hendak melanjutkan menulis beberapa waktu kemudian, tema sudah basi dan berganti. Rasa malas menulis pun merasuk. Maka tidak ada satu pun tulisan saya siap untuk di-publish. Keinginan untuk menjadi terlatih dalam menulis pun sementara terhenti. Tak terasa satu tahun berlalu.

Hal lain yang menjadi excuse untuk tidak menulis adalah kejenuhan pikiran. Dinamika keseharian kerap membuat kepala begitu penuh pikiran. Kepala serasa tidak mau diajak menambah beban, sekalipun yang enteng-enteng. Kepala ini mendesak ingin dibiarkan ‘kosong’, istirahat dari aktivitas berpikir rada serius. Yah, jadinya hanya beraktivitas santai, ngobrol-ngobrol dengan anak-isteri, pergi makan mi Jawa, jogging sore hari, atau tengok-tengok kabar kawan-kawan di media sosial. Pokoknya kepala menuntut tidak ingin banyak berhubungan dengan pikir berpikir.

Kalau ide tulisan sebenarnya sih banyak. Tidak ada alasan untuk tidak menulis karena tidak ada ide. Ide bisa muncul kapan saja. Saat berbincang dengan anak muncul satu dua ide bagus sebagai bahan tulisan. Saat jalan-jalan dengan isteri, ada juga ide untuk bahan tulisan. Ketika berkunjung ke rumah sahabat, dari obrolan-obrolan, muncul ide untuk bahan tulisan. Kala mendengar kotbah pak Pendeta, muncul ide untuk bahan tulisan juga.

Tetapi memang benar kata Louis L’Amour, penulis fiksi Amerika itu, “Start writing, no matter what. The water does not flow until the faucet is turned on.” Maka, setelah tersenyum melihat ‘wajah’ baru Kompasiana, beberapa hari kemudian saya gantian mendesak si kepala untuk start menulis lagi. Mudah-mudahan dapat mengalir cukup lancar, sebab tentu itu baik buat saya. Salut dan acung jempol dua buat para sahabat kompasianer yang selalu setia dan rajin menulis. Jangan pernah berhenti ya..

Salam menulis, Freddy Gunawan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline