SISWA YANG TERLUPAKAN
(oleh : Fredi Manik, S.Pd)
Ini kisahku bersama salah satu siswa yang terlupakan yang bagi saya dia adalah siswa yang baik dan sangat berbudi luhur. Memang dia siswa yang akhir-akhir ini selalu bermasalah di sekolah ini, baik menyangkut akademik dan sikap pada saat pembelajaran daring. Peristiwa ini terjadi saat pendemi covid 19. Semua terjadi begitu cepat dan berubah selama pendemi covid 19. Namanya adalah Mawar.
Mawar adalah salah satu siswa kelas 10 di Sekolah yang memiliki akreditasi predikat "Unggul". Mawar sesungguhnya adalah siswa yang sangat diunggulkan dalam kelasnya sebelum pembelajaran daring. Mawar siswa yang rajin ke sekolah, selalu mengenakans seragama lengkap, mengumpulkan nilai tepat waktu, rajin bertanya dan menjawab saat pembelajaran di kelas, dan siswa yang ramah dan sangat berempati kepada teman-teman satu kelasnya.
Seperti yang kita ketahui bersama dampak dari pendemi covid 19 ini tidak hanya membuat sistem pembelajaran di Indonesia yang selama ini berjalan secara luring mejadi pembelajaran dalam jaringan (daring), tetapi juga merenggut banyak nyawa manusia. Demikianlah yang dialami oleh siswi saya si Mawar. Sejak pendemi covid 19 ini, virus ini telah merenggut nyawa kedua orang tuanya untuk selamanya dan mengharuskan dia tinggal bersama pamannya, satu-satu keluarga yang dia miliki walau dia tau bahwa pamannya yang dengan terpaksa menerimanya.
Semua berawal dari sini, sejak kepergian kedua orang tuanya bersamaan membuat mawar jatuh terpuruk dan telah merenggut semangat hidupnya dan juga semangat belajarnya. Mawar juga tidak pernah cerita kepada teman-temannya dan juga kepada gurunya. Dia berharap semua berjalan seperti biasanya. Setiap pagi dia mencoba mengikuti pertemuan siswa dan wali kelas melalui aplikasi ZOOM, mengikuti pembelajaran bersama para guru, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengikuti penilaian harian, tetapi semuanya itu tidak mudah, karena ia tinggal bukan lagi bersama kedua orang tuanya yang sangat menyanyanginya melainkan bersama Paman yang kurang peduli dengan situasi si Mawar.
Sehingga pada akhirnya selama pembelajaran daring, si Mawar jarang mengikuti pembelajaran, hampir tidak pernah mengikuti pertemuan dengan wali kelas, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu dan juga tidak mengikuti penilaian harian. Semuanya ini kaerna si Mawar harus membantu Pamannya ke kebun sawit setiap hari dari pagi sampai sore.
Saya sebagai wali kelasnya mendapatkan laporan dari para guru mapel bahwa tidak pernah membalas Wa dari gurunya, sudah berulang kali di telepon tidak aktif juga tidak diangkat, begitu juga dari teman sekelasnya. Teman-teman sekelasnya mengatakan dibaca saja tidak isi chat teman-temannya, padahal teman-temannya sebenarnya ingin sekali membantu dia. Tetapi karena chat Wa Bapak dan ibu guru serta teman-temannya tidak dibalas membuat merasa kurang dihargai dan teman-teman mengecap si Mawar siswa yang malas, siswa yang lambat.
Saat penerimaan raport penilaian tengah semester tanpa sengaja Mawar menerima chat Wa dari salah satu temannya bahwa dia diberi lebel siswa yang malas dan lambat, bahkan dari sahabatnya sendiri mengatakan hal yang sama, hal demkikian membuat si Mawar sakit hati, hati terasa hancur padahal sebenarnya dia ingin bercerita dengan teman-teman sekelasnya apa yang dialami selama ini, karena pada saat ini dia mendapat kesempatan unuk belajar secara daring dari Pamannya.
Bukan suatu kebetulan Mawar menelepon saya dan menceritakan semuanya termasuk bagaimana dia sudah cerita kepada Pamannya untuk memberikan dukungan agar diijinkan sekolah dari jam 07 samapai jam 13 siang. Setelah itu dia akan melanjutkan membantu Pamannya di kebun, tetapi Pamannya diam saja dan tidak penah bicara berkaitan dengan kegiatan Sekolah. Setelah sekian lama bercerita saya tanya mawar kenapa selama ini tidak cerita kepada kami para gurumu, sehingga kami bisa tau kesulitanmu, dan mencari solusinya, tetapi Mawar diam saja sambal tertawa. Pada sat itu juga saya sebagai wali kelasnya sangat terpukul dan sedih. Saya tertunduk malu dan merasa sebagai wali kelas yang gagal, dan tidak berguna. Saya bertanya kepada diri saya, apa yang sudah saya lakukan untuk anak ini? Kenapa saya tidak melakukan visitasi, mungkin dengan begitu saya tau betul kesulitan anak ini? Mengapa juga saya tidak menelepon orang tuanya, bisa saja tau awal permasalahannya? Dalam pikiranku tersirat anak ini terlupakan oleh bapak dan ibu gurunya. Kasihan kamu nak, kanapa kami sampai melupakan kamu? Kami hanya ingat siswa-siswi yang aktif dan hanya peduli pada siswa yang selalau hadir saat pembelajarna daring. Bukan seperti ini yang saya harapkan , saya tau ini salah, tetapi kenapa bisa terlupakan! Malah saya sebagai wali kelas mu juga ikut didalamnya mengecap kamu sebagai siswa yang malas dan lambat.
Diakhir teleponan saya mengatakan kepada anak ini, nak bapak minta maaf ya nak. Maafkan saya nak sebagai wali kelasmu seharusnya bisa menjadi orang tua mu di Sekolah ini. Seharusnya Bapak bisa menghadirkan kasih sayang dari orang tuamu yang tidak ada lagi bersamamu. Dari awal semester ganjil sewaktu pembelajaran luring, Bapak lihat kamu siswa yang luar biasa, Bapak dan ibu gurumu sangat sayang kepada kamu kaerna kamu siswa yang unggul dan baik tetapi sejak pendem ini semuanya hilang dan terlupakan begitu saja. Tetapi si Mawar mengatakan : tidak apa-apa Pak, ini juga salah saya karena dari awal tidak bercerita kepada Bapak dan ibu guru lainnya tentang situasi saya. Saya hanya ingin semuanya baik-baik saja ( Everything will be okey).