Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim pada kesempatan ini mengutarakan bahwa momentum Hari Pendidikan Nasional 2021 digunakan sebagai momen yang tepat untuk merefleksikan dan mengevaluasi sistem pendidikan kita di Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan tema Hardiknas 2021 "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar".
Apa sebenarnya terjadi dalam dunia pendidikan kita, sehingga perlu melakukan refleksi! Apakah sistem pendidikan kita selama ini telah melahirkan sumberdaya manusia yang tidak berkopeten dalam bidangnya? Apakah sistem pendidikan kita telah melahirkan sumber daya manusia barisan sakit hari? atau sistem pendidikan kita telah merugikan masa depan banyak orang? Masih relevankah sistem pendidikan kita pada era 4.0? meratakah sistem pendidikan kita di Indonesia dari sabang sampai marauke, maka perlu bergerak serentak bergoto-royong semua para pendidik se-Indonesia!.
Pada kesempatan ini kita lihat dulu apa sebenarnya merdeka belajar. Menurut KBBI, merdeka berarti bebas artinya bebas dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, dan tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Sedangkan kata belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar utnuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-niai".[1]
Manusia tanpa belajar, akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak lain juga merupakan produk kegiatan berpikir manusia-manusia pendahulunya. Belajar akan membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan tersebut meliputi pengetahuan, sikap, kecakapan, dan lain-lain. Seorang yang telah mengalami proses belajar tidak sama keadaannya bila dibandingkan dengan keadaan pada saat belum belajar. Individu akan lebih sanggup menghadapi kesulitan, memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah; Sardiman berpendapat bahwa "belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru".[2] Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi yaitu: (1) belajar adalah proses untuk memperoleh pengetahuan dan (2) Perubahan kemampuan bereaksi yang relative permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat.[3]
Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatan (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.[4] Pendapat lain menyebutkan bahwa belajar ialah proses adaptasi perilaku secara terus menerus sebagai hasil dari pengalaman. Proses belajar ini akan membawa hasil berupa perolehan pengetahuan, pengertian, sikap, nilai, dan ketrampilan.[5]
Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa belajar dipahami sebagai usaha yang dilakukan melalui tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Bergerak serentak mewujudkan merdeka belajar yang dicita-citakan pendidikan Indonesia dalam hal ini Nadiem mengatakan, terdapat empat upaya perbaikan terus dikerjakan bersama dengan berbagai elemen masyarakat. Pertama, perbaikan pada infrastruktur dan teknologi. Kedua, perbaikan kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian otonomi lebih bagi satuan pendidikan. Ketiga, perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya, serta Keempat, yaitu perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.
Sepuluh episode Merdeka Belajar juga telah diluncurkan dan masih banyak lagi terobosan-terobosan Merdeka Belajar mendatang yang akan dilakukan oleh Kemendikbud. "Transformasi yang bermakna ini kami kerjakan agar segala sesuatu yang selama ini membuat bangsa ini hanya berjalan di tempat, dapat berubah menjadi lompatan-lompatan kemajuan," sambung Nadiem.
Menanggapi krisis pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai, Nadiem mengingatkan bahwa krisis tersebut memberikan kesempatan kita bersama untuk menuai kemajuan. "Kita perlu memahami bahwa pandemi bukanlah satu-satunya tantangan yang kita hadapi. Di depan, masih membentang sederet tantangan yang akan dan harus kita lalui bersama. Mari kita lalui segala tantangan dengan inovasi dan solusi. Mari kita ciptakan sejarah yang gemilang dan tak terbantahkan oleh dunia," ujar Nadiem.
"Saya juga belajar banyak selama satu tahun terakhir, termasuk menyadari betapa besarnya peranan Ibu dan Bapak guru dalam memastikan anak-anak belajar dan berkembang serta membangun karakter mereka dengan baik," ungkap Franka.