Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Pesan dari Denmark

Diperbarui: 28 Februari 2017   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: movieweb.com

Judul: 9 April | Sutradara: Roni Ezra | Naskah: Tobias Lindholm | Pemain: Pilou Asbæk, Lars Mikkelsen | Rilis: 12 Maret2015 | Durasi: 99menit

Film ini mengingatkan pada sebuah memori yang tak banyak diketahui dunia. Sebuah peristiwa yang takkan bisa dilupakan dan selalu terbayang dalam hati setiap rakyat Denmark.

Profesor David Runciman dari Universitas Cambridge dalam bukunya Politics (2014) menggambarkan bahwa Denmark adalah versi lain dari “surga”. Denmark adalah tempat di dunia ini untuk hidup nyaman, sejahtera, damai, tertib, dan beradab. Kita memang tak pernah mendengar bagaimana keterlibatan negara di kawasan Skandinavia ini dalam Perang Dunia I, II, ataupun Perang Dingin. Namun bukan tak berarti negara ini tak punya pengalaman pahit soal perang.

Pada malam 8 April 1940, pos perbatasan 3 Sogard yang berjarak 12 kilometer dari Jerman mendapat informasi dari intelijen bahwa sebuah aktivitas militer sedang bergerak menerobos perbatasan. Aktivitas tersebut meningkatkan kewaspadaan militer yang berada di sekitar perbatasan. Pasukan Peleton-2 Kompi-4 yang sebelumnya tengah cuti terpaksa dikumpulkan dan menjalankan latihan mendadak. Tujuannya tentus saja agar pasukan siaga terhadap segala kemungkinan, termasuk kemungkinan terburuk: berperang.

Memasuki dini hari 9 April 1940, pos perbatasan mengabarkan melalui radio bahwa Jerman telah memasuki wilayah Denmark dan menembaki perbatasan. Komunikasi terputus. Peleton-2 yang dipimpin Letnan Dua (Letda) Sand (Pilou Asbæk), yang merupakan pasukan sepeda, diperintahkan menjaga garis pertahanan di sekitar perbatasan. Mereka dibantu peleton sepeda motor yang dipimpin Sersan Bundgaard.

Selama hampir tiga puluh menit pertama kita disajikan ketegangan yang senyap. Pasukan Denmark memiliki rasa pesimistis dapat menahan serbuan tentara terkuat di Eropa kala itu. Di sisi lain, nasionalisme dan harga diri bangsa menjaga Sand dan anak buahnya tetap berusaha menahan gerakan Jerman sembari menunggu bantuan datang dari Haderslev dan Sønderborg, dua kota terdekat dari perbatasan.

Jerman akhirnya datang saat pagi menjelang. Kontak senjata pecah. Namun, Jerman yang unggul karena membawa kendaraan lapis baja berhasil memaksa mundur Sand dan peletonnya yang berjumlah belasan orang. Salah satu prajurit, Kolding, tertembak dan tewas. “Dia (Kolding) bertempur dengan gagah berani tapi harus pasrah pada takdir Tuhan. Biarkan kemuliaan-Nya jadi pengingat bahwa kita juga harus siap mati,” pidato Sand pada anak-anak buahnya.

Dalam perjalanan mundur Sand berjumpa atasannya Letnan Kolonel (Letkol) Hintz. Hintz (Lars Mikkelsen) kabarkan perbatasan telah jatuh dan mengabarkan bala bantuan takkan datang. Hintz perintahkan Sand dan pasukan mundur ke Haderslev, bergabung bersama garnisun yang ada. Hintz juga katakan pada Sand bahwa seluruh saluran komunikasi telah diputuskan oleh Jerman.

Tapi Jerman terus memukul mundur pasukan Sand ketika berperang di Haderslev. Kalah jumlah dan kalah senjata, ditambah tak ada bantuan atau perintah dari Kopenhagen (ibukota Denmark), Sand memutuskan menyerah. “Nicht schiessen, wir kapitulieren.” Sand dan anak buahnya menyerahkan diri kepada pasukan Jerman.

Pada kenyataannya, Denmark telah memutuskan menyerah terhadap Jerman. Denmark memang tak sebanding dengan Jerman. Sand dan peletonnya bisa saja habis terbunuh jika Denmark memutuskan meladeni Jerman untuk berperang. Kopral Hans Jacobsen, salah satu saksi hidup, menyebut kala itu Denmark bukan tandingan Jerman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline