Lihat ke Halaman Asli

Frans Tory Damara Pradipta

Mahasiswa Universitas Bangka Belitung

Peran Strategis Indonesia dalam BRICS Peluang dan Tantangan

Diperbarui: 10 Desember 2024   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Frans Tory Damara Pradipta-Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung

Sejak pertama kali terbentuk, BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) telah menjadi forum strategis untuk memperkuat pengaruh negara-negara berkembang di panggung global. Dengan penambahan anggota baru mulai tahun 2024, seperti Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab, BRICS semakin menunjukkan dirinya sebagai kekuatan alternatif terhadap dominasi negara-negara maju.

Bergabungnya Indonesia dengan BRICS akan membuka akses ke pasar yang lebih luas, terutama dengan anggota seperti Cina dan India yang merupakan kekuatan ekonomi dunia. Selain itu, keanggotaan ini dapat mempercepat aliran investasi asing, memberikan dukungan pendanaan untuk infrastruktur melalui New Development Bank, dan memperkuat posisi Indonesia dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan keamanan pangan.

Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia dan kaya sumber daya alam, Indonesia memiliki potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam BRICS. Kolaborasi dalam pengembangan teknologi dan inovasi, misalnya, dapat membantu meningkatkan daya saing ekonomi nasional. Lebih jauh lagi, keterlibatan aktif dalam BRICS dapat mendukung agenda politik luar negeri Indonesia untuk memperkuat kerja sama Selatan-Selatan.

Namun, integrasi ke dalam BRICS tidaklah tanpa hambatan. Salah satu tantangan utama adalah perbedaan ideologi dan kepentingan di antara anggota BRICS sendiri. Sebagai contoh, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Barat atau dominasi ekonomi Cina dalam kelompok ini dapat menjadi dinamika yang sulit bagi Indonesia.

Selain itu, keanggotaan ini berpotensi memengaruhi hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Barat. Mengingat BRICS sering dipandang sebagai kelompok "revisionis" yang menantang tatanan global yang dipimpin oleh Barat, Indonesia perlu memainkan peran diplomatik yang hati-hati untuk menjaga keseimbangan.

Untuk memaksimalkan manfaat dari keanggotaan di BRICS, Indonesia perlu mengadopsi strategi yang cermat. Diplomasi aktif dan fleksibel harus menjadi prioritas utama untuk menjaga hubungan baik dengan semua pihak. Selain itu, fokus pada sektor-sektor strategis seperti energi, infrastruktur, dan pendidikan harus ditingkatkan untuk memastikan sinergi antara kebijakan domestik dan kerja sama internasional.

Indonesia juga perlu terus mengevaluasi dampak keikutsertaan dalam BRICS terhadap perekonomian nasional. Dengan pendekatan yang terencana, Indonesia dapat menjadikan BRICS sebagai platform untuk memperkuat kemandirian ekonomi sekaligus memperluas pengaruh geopolitiknya.

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS adalah peluang besar untuk memperkuat posisi global dan menghadapi tantangan ekonomi dunia. Meski terdapat hambatan, dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan keanggotaan ini untuk mendorong pembangunan nasional dan memperkuat stabilitas kawasan. Langkah ini tidak hanya akan memperkokoh suara Indonesia di panggung internasional, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi rakyatnya.

Indonesia kini berada di persimpangan penting. Apakah BRICS akan menjadi alat bagi kemajuan bangsa atau justru menjadi tantangan baru? Hanya waktu dan kebijakan strategis yang akan menjawabnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline