Seingat penulis ,pernah menulis lalu lintas di jakarta diajukan ke Harian Kompas sekitar thn 1980- tidak dimuat akan tetapi hasil tulisan itu dimuat oleh wartawan Kompas dlm cuplikan foto ttg kondisi lalulintas di jakarta pd saat itu.
Kini setelah sekitar 35 thn lebih kondisi lalu lintas bahkan semakin parah tanpa ada hasrat pemerintah untuk lebih memperbaikinya.Sangat parah oleh karena pd masa lalu masih banyak tanda lalu lintas -dilarang melebihi 40 km- malah sekarang ini harus kita akui bahwa kecepatan lalu lintas di jabodetabek pd umumnya hanya rata2 10 km perjam- sehingga unutk mencapai kota jakarta dari ujung sampai ke ujung yg diameternya hanya sekitar 100 km dari barat sampai ke timur atau sekitar 80 km dari utara sampai ke selatan- -maka diperlukan waktu sekitar 12 jam-walaupun anda mengendarai pajero yg 3500 cc.HAHAHAHAHAHAHAHA....................................
Mari kita lihat kedunguan pemerintah RI dari waktu ke waktu.
1.Tak usahlah melalui survey langsung dilapangan - dgn kasat mata saja kita dapat melihat dgn jelas bahwa luas wilayah jabodetabek ini sudah mengalami over loaded- baik jlh kenderaan bermotornya yg semua jenis -baik juga ttg jum;lah manusianya.
2.Kalau luas arealnya dihitung kasar -(PxL) 100 km x 80 km =8000 km2=8.000.000 m2-dikurangi dgn luas bangunan/taman/gedung .dll-yg kita anggap sekitar 50%- maka sisanya adalah 4.000.000 m2 dan kalau kita anggap sisa wilayah tsb adalah lapangan luas---dan areal sejumlah itu hanya dapat memuat 1.000.000 mobil untuk disusun sbg lap.parkir -dgn assumsi 1 mobil butuh tempat sekitar 4m2.
3.Pemerintah tak pernah berhenti untuk menambah jumlah kenderaan bermotor.
4.Pemerintah tak punya program untuk mengatur jumlah pertambahan penduduk.
5.Pemerintah tidak cerdas untuk mengatur desentralisasi-sehingga semua keputusan ada di jakrta -sehingga semua orang memerlukan datang ke jakarta untuk sungkem--coba lihat hampir semua pemda punya kantor perwakilan di jakarta agar lebih mudah untuk menjilat ataupun untuk mengantarkan suap menn
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H