Lihat ke Halaman Asli

Pulau Salura Untouched Land

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1393359005858889137

[caption id="attachment_297416" align="alignright" width="300" caption="Pulau Kotak nunjauh dari Pantai Salura"][/caption]

Waingapu - Sejauh mata memandang, hamparan pasir putih ditingkahi riak gelombang telah menggelitik jemariku untuk mengurai cerita tentang sebuah hunian anak negeri yang hampir tak tersentuh alam modernisasi.

Penduduknya yang bersahaja menawarkan persahabatan yang hangat, sebuah perlambangan dari tanah mereka yang masih alami. Pulau Salura adalah merupakan bagian dari Wilayah Kecamatan Karera Kabupaten Sumba Timur NTT.

Perjalanan yang panjang yang cukup melelahkan dari Kota Waingapu-Ibu Kota Kabupaten Sumba Timur yang melewati rute yang cukup menantang, melewati jalan berbatu, menempuh perjalanan laut yang masih lumayan "bersahabat" ( pada saat peralihan musim tinggi gelombang laut pada perairan ini bisa mencapai 6 m) sampai jejak kakiku menapaki pasir putih Pantai Salura, nyaris membuatku 'patah'. Namun saat mataku terbentur panorama indahnya alam Salura, rasa lelahku sirna terbawa angin pantai.

Sejenak ku merenung diantara debur ombak Salura. Rasa iri membersit, melahirkan sebuah kecemburan akan realita yang telah dan "mungkin" akan terus berlanjut. Anganku mengungkap sebuah kenyataan bahwa "ALAM INI BELUM PERNAH TERJAMAH". Denpasar jaman dahulu, menurut cerita yang sempat disimak, hanyalah hamparan tanah dengan pohon-pohon tuaknya. Namun kini telah menjelma menjadi sebuah negeri yang mampu menyedot dolar. Ibarat Si Putri tidur yang terbangun dan bersolek dan terus bersolek dari waktu ke waktu hingga kini telah menjadi primadona dibentangan Alam Tropika.

Akankah Pulau Salura akan bangkit dari 'tidur panjangnya ?'

Nuraniku menggugat.

Apa bedanya gelombang ombak Pantai Kuta dengan ombak pantai salura ? Para peselancar menilai itu sama. Apa bedanya panas Pantai  Kuta dengan terik matahari Pantai Salura ? Para wisatawan asing 'bilang' itu tetap sama. Nuraniku tetap menggugat mencari perbedaan, namun benakku mengatakan " sama saja". Lantas dimana perbedaannya ? Jawabannya adalah "belum sempat" terjamah insan 'peminat wisata' untuk mengekspolasi aset wisata ini. Siapakah yang bersalah ? Jawabnya adalah aku yang telah berani menginjakkan kaki di pasir putih ini yang telah melahirkan sesal kepada para pemangku kebijakan yang "mungkin" belum sempat "menemukan" negeri ini.

Seekor burung camar terbang melintas, menembus angin lepas pantai ini dan membisikkan : " Tidurlah wahai Putri Tidur, terlelaplah sampai anak-anak negeri ini menyadari bahwa engkau "Pantas" untuk di"bangun"kan dari mimpimu yang nyaris abadi.

Salam dari ujung negeri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline