Lihat ke Halaman Asli

Fransiskus Lakon

Pegiat Ekonomi Kerakyatan

Credit Union sebagai Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Diperbarui: 1 Juni 2022   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Salah satu lembaga keuangan mikro yang menarik untuk diamati adalah koperasi kredit atau yang juga dikenal sebagai Credit Union (CU). Mengapa demikian, karena CU memiliki karakter unik dari sistem ekonomi yang lain yang mampu bertahan dan tumbuh meski diterpa badai krisis ekonomi yang melanda dunia seperti di masa pandemi Covid-19 saat ini.

Banyak orang menilai bahwa CU adalah lembaga keuangan yang sama seperti layaknya lembaga keuangan lain pada umumnya. Ada yang menyebutnya sebagai lembaga tempat meminjam, tempat untuk investasi, dan lain sebagainya. Tetapi yang paling benar adalah CU sebagai lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat, karena fokus dari CU adalah membangun manusia agar kualitas hidup mereka meningkat.

Jika melihat kembali asal kata CU itu sendiri, Credere yang berasal dari bahasa Latin yang berarti percaya, dan Unio berarti perkumpulan, maka CU diartikan sebagai kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu yang sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota yang rajin untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.

CU bukan sebuah lembaga yang kepemilikannya hanya dimiliki dan dikendalikan oleh segelintir orang pemilik modal, melainkan kekuatan CU adalah dimiliki seluruh anggota yang secara bersama-sama untuk saling membantu melalui penciptaan modal secara demokrasi sesuai kemampuan sendiri. Secara demokrasi artinya gerakan kebersamaan dari anggota oleh anggota dan untuk anggota. Kemampuan sendiri artinya memiliki kemandirian dan tidak menggantungkan sumbangan kepada pihak lain melainkan menciptakan modal dari anggota dan meminjamkan kepada anggota yang rajin. Maka 70 persen hinga 80 persen modal yang terkumpul harus beredar kembali kepada anggota. Prinsip pengelolaan CU dengan model seperti ini berangkat dari apa yang pernah disampaikan The Father of Credit Union, Friedrich Wilhelm Raiffeisen (30 Maret 1818 - 11 Maret 1888). Raiffeisen menyampaikan 4 pesan yang menyatakan bahwa CU adalah lembaga pemberdayaan masyarakat.

Pertama, Raiffeisen berpesan tentang tujuan Credit Union. Dia membahas pertemuan 30 orang yang ingin membentuk Credit Union. "Saya tidak dapat menawarkan kepada anda sebuah keajaiban yang akan membebaskan anda dari kemiskinan, tanpa adanya usaha dari anda sendiri. Tetapi satu cara yang mana saya tidak tahu apakah orang dapat mengikutinya. Namun jika semua bekerja bersama untuk hal yang baik maka dapat mencapai tujuan ini, yaitu kebebasan dari keinginan. Kita harus memulai dari prinsip dasar ini sebagai cara untuk untuk memperbaiki kesejahteraan fisik, lalu kesejahteraan spiritual (moral) dan juga meningkatkan keuntungan bersama. Dengan cara menyediakan pinjaman untuk keperluan anggota komunitas yang rajin. Mereka akan memampukan dirinya untuk menikmati buah dari usaha dan penghematan mereka, daripada bekerja untuk keuntungan para lintah darat. Dengan cara ini, mereka akan terbebas dari berbagai bentuk bantuan dari luar yang hanya sementara mengurangi kemiskinan mereka, tetapi memiliki konsekuensi yang jauh lebih pahit".

Dari pernyataan ini, pesannya jelas bahwa tujuan CU adalah meningkatnya kualitas hidup anggota melalui perbaikan kesejahteraan fisik dan spiritual (moral). Disisi lain pinjaman hanya diberikan kepada anggota yang membutuhkan dan yang rajin menabung. Karena penabung akan menikmati hasilnya dan belajar berhemat. Dengan cara ini maka anggota akan terhindar dari jeratan lintah darat yang membuat mereka menjadi lebih miskin dan tidak dapat hidup mandiri.

Sejatinya keberadaan CU ingin membebaskan anggota dari praktik rentenir termasuk menjauhkan rentenir untuk menjadi anggota. Indikator dari perbaikan kesejahteraan fisik adalah dimana anggota memiliki simpanan yang terus bertumbuh, terpenuhinya kebutuhan dasar secara layak, cita-cita tercapai, asset meningkat, penghasilan meningkat karena usaha produktif dan mampu menyekolahkan anak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan indikator perbaikan kesejahteraan spiritual (moral) adalah semakin bertanggung jawab, jujur dan dapat dipercaya, sadar lingkungan, berpikir positif, hidup hemat dan mampu menggunakan uang dengan bijaksana.

Kedua, Raiffeisen berpesan tentang kondisi dimana meningkatnya belanja yang tidak berguna. "Kemewahan peralatan yang tidak berguna serta gaun berkilauan tidak hanya tumbuh di lingkungan kota, tetapi juga dapat ditemukan di tempat yang jauh tinggi di pegunungan. Uang dihabiskan untuk itu dan untuk hiburan, bahkan ketika tidak ada uang yang tersisa untuk makan sehari-hari". Dari pernyataan ini tergambar jelas bahwa F.W. Raiffeisen melihat gaya hidup konsumtif ada dimana mana. Ini yang menyebabkan orang miskin tidak dapat berkembang, dari kondisi inilah beliau mendorong anggota CU untuk menggunakan uang secara bijaksana dan memikirkan masa depan serta melaksanakan hidup baru yang lebih bermakna dengan cara meninggalkan kebiasaan lama yang merugikan atau sia-sia.

Ketiga, pesan Raiffeisen tentang esensi menabung. "Terdapat dua faktor yang relevan terkait perbaikan kondisi ekonomi penduduk pedesaan dari sisi material kehidupan yang harus diperhatikan adalah penghematan dan ketekunan. Dua kebaikan ini terjalin erat satu sama lain. Ketekunan dapat bertahan apabila membawa hasil yang baik dengan dorongan usaha tambahan, jika tidak maka akan menimbulkan keputusasaan dan kehilangan semangat. CU terpanggil untuk meningkat ketekunan mereka, memastikan kegunaannya dalam segala hal, hasrat menabung harus didorong, dan kesempatan harus ditawarkan agar mereka menempatkan uang anggota yang diperoleh dengan kerja keras tidak hanya aman, tetapi juga dengan balas jasa simpanan yang menarik". Dari pernyataan ini menjelaskan bahwa CU memiliki peran penting dalam mendorong anggota untuk hidup sesuai kebutuhan dan memiliki semangat dalam menabung, dalam hal ini CU memberikan Balas Jasa Simpanan yang lebih baik, bahkan lebih tinggi dari inflasi agar anggota memiliki ketekunan dalam menabung.

Keempat, pesan Raiffeisen tentang uang bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi sarana untuk mencapai tujuan. "Bahwa uang tidak mewakili tujuan itu sendiri, tetapi merupakan sarana untuk meningkatkan semua kondisi dalam segala hal. Tujuan utama CU adalah pembangunan kekuatan moral dan fisik anggota. Ini adalah prasyarat dari semua kemajuan. Jika CU didirikan untuk menghimpun banyak uang, mungkin jajaran pengelola akan menggunakan uang sembarangan, dan hasilnya akan berbanding terbalik dari yang seharusnya. Tidak ada keamanan yang lebih besar dari itu. Inilah yang harus ditawarkan CU dimana anggotanya adalah kepala keluarga dari sebuah komunitas, yang bersatu untuk saling membantu, menjaminkan semua miliknya untuk tujuan ini". Disini tergambar jelas bahwa pembangunan kekuatan moral dan fisik para pengelola sangatlah penting, dan harus menjadi prasyarat utama untuk semua kemajuan CU. Banyak pengalaman yang terjadi, apabila CU terfokus pada uang dan melupakan pembangunan fisik dan moral kebanyakan memiliki masalah bahkan gagal hingga tutup.

Pesan-pesan yang disampaikan Raiffeisen adalah jati diri sesungguhya dari sebuah CU sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat. Jati diri ini sejatinya harus tertanam dalam para pengelolanya, sehingga semangat membangun kesejahteraan bersama (Bonum Communae) untuk meningkatkan kualitas hidup yang tertuju pada makna hidup sejati manusia dapat terwujud dengan jelas. Pesan-pesan Raiffeisen ini adalah prinsip utama CU dan harus menjadi pegangan bagi generasi pegiat maupun pengelola Credit Union. *




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline