Lihat ke Halaman Asli

Pergi

Diperbarui: 29 April 2020   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Langit sore itu tampak murung, hitam putih berkelabu menghalau biru

Sayup-sayup kicauan burung tak menyahut, selain detak jarum jam yang menggelinding pada dinding

Aku meringkuk diri, sedang bibirku lebih mengulum senyum

Khayalku dimana-mana berkelana, jejaknya meninggalkan pedih dalam sukmaku

Aku terlarut dalam bayang, ingin memiliki tetapi gamang disetiap temu

Kucoba untuk menepis, menghalau harap, tapi menikam jiwaku

Tuan atas hatinya, dihujam tinggal kenang dalam harap

Sementara ia menjauh, memilih pergi tinggalkan duka

Ia tak pernah mencintaiku, hanya sebatas suka tapi bukan cinta

Membunuh asaku, melahirkan dengki dalam sukamku

Jarak membentang, bagai jurang tak mendasar, aku dan dia kini berbeda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline