Lihat ke Halaman Asli

Cinta Itu Nyata

Diperbarui: 28 April 2020   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Barangkali kisah ini tidak mewakili semua cinta dari sekian mahluk yang sungguh mendambakannya. Toh, banyak juga yang tidak mempercayainya lantaran takut sakit hati.

Inilah cerita Mariam yang bersahabat dengan Josef sejak mereka Sekolah Dasar (SD). Hari-hari tak ada orang lain yang menghuni pohon di depan rumah Mariam, selain keduanya. Detik, menit, jam, hari berubah bulan persahabatan mereka kian matang hingga ke jenjang perkuliahan.

Tak ada waktu yang mereka lalui tanpa bersama, bahkan keduanya mengambil jurusan yang sama yaitu jurusan Sastra. Kelak, harap Mariam dan Josef akan membangun rumah sastra di Kampung.

Di tengah menumpuknya tugas perkuliahan, mereka selalu ada waktu untuk bertukar cerita soal cinta. Meskipun, keduanya belum pernah merasakan yang namanya cinta, toh mana mungkin manusia yang normal tidak mungkin tidak merasakan jatuh cinta.

Senja sore itu, begitu anggun berdiri di bawah kaki langit, di bawah pohon ditemani kicauan burung sembari meneguk kopi. Mereka menulis percakapan mereka tanpa saling canggung prihal cinta menurut sudut pandang keduanya.

"Menurut kamu, Jos (panggilan akrab Josef) apakah itu cinta, pernahkan kamu merasakan jatuh cinta," tanya Mariam dengan tegas.

Sedang, Josef sembari menegak kopi dengan santai menjawab pertanyaan itu dengan santai " cinta itu sederhana, Mariam.

Jawaban itu mendatangkan ribuan pertanyaan dari kepala Mariam, " Sederhana seperti apa, Jos," tanyanya lagi.

Josef kembali menyeruput kopinya, kali ini dengan memantik batang rokok, lalu ia sisap pada lekungan bibirnya seraya menjawab "Ya semisal kamu dan aku, kamu mencintaiku dan akupun mencintaimu," jawabnya singkat.

Mariam tertunduk, sesekali meneguk air liurnya diam seribu bahasa. Apakah Josef mencintaiku dengan sungguh, ataukah hanya sekedar mencintai sebatas sahabat," pertanyaan itu terus meringkus pikiranya.

"Itu hanya contoh, Mariam, kata Josef memecah keheningan percakapan keduanya sore itu. Meski dalam hati, Josef mencintai Mariam, tetapi mengungkapkan perasaan yang sebenarnya padanya sungguh sulit, tak sehebat menulis larik puisi yang dipajang di Mading kampusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline