Lihat ke Halaman Asli

Fransiskus Malen

Pencinta Perubahan

Menyiasati Dampak Negatif Penggunaan Smartphone bagi Siswa

Diperbarui: 17 Juli 2020   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vinsa, siswa SMPK St. Fransiskus Xaverius Ruteng, sedang menggunakan aplikasi Family Link/dokpri

Oleh : Fransiskus Malen, S. Pd.

Wabah virus corona 2019 (Covid-19) yang terus saja berkembang, membawa dampak besar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kegiatan pembelajaran yang biasanya tatap muka diubah menjadi program Belajar dari Rumah (BdR) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagaimana tertuang dalam SE Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Kegiatan PJJ ini menyulitkan bagi guru, siswa, dan orangtua. Kesulitan yang dihadapi guru antara lain program belajar yang sudah dirancang guru berdasarkan kurikulum tidak bisa sepenuhnya terlaksana dengan baik. Guru sulit menyampaikan materi dan melakukan proses penilaian sesuai dengan kompetensi yang dimiliki siswa. 

Siswa juga mengalami kesulitan memahami materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Kesulitan bagi orangtua adalah mereka tidak terbiasa membimbing anak-anak mereka di rumah. Semua ini menjadi hambatan terhadap peningkatan kualitas peserta didik di masa mendatang. Selama pandemi Covid-19, pilihan pembelajaran terbaik untuk PJJ adalah e-learning, meskipun hasilnya belum semaksimal pembelajaran tatap muka.

Penggunaan Smartphone sebagai suatu solusi

Smartphone sering disebut dengan ponsel pintar.  Kecanggihan smartphone sangat membantu dalam berkomunikasi, apalagi dilengkapi aplikasi serta fitur-fitur yang memanjakan pengguna (user) untuk berselancar di dunia maya.

Seiring kemajuan dan perkembangan teknologi, smartphone memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Smartphone telah banyak membantu siswa memperoleh bahan-bahan pembelajaran melalui perpustakaan elektronik (e-library) atau buku elektronik (e-book), video pembelajaran, modul, jurnal, majalah atau surat kabar dan informasi-informasi lainnya. Dengan adanya smartphone memungkinkan dilakukannya pembelajaran jarak jauh (e-learning) dengan mudah.

Penelitian Cambridge International melalui  Global Education Census yang dirilis secara global (13/11/2018) dan ditulis oleh Bapak Yohanes Enggar Harususilo di media ini, menunjukkan pelajar Indonesia termasuk pengguna teknologi tertinggi di dunia di bidang pendidikan. Survei Cambridge International yang merupakan bagian dari Universitas Cambridge ini merupakan penelitian global komprehensif pertama membantu memperlihatkan kualitas pendidikan sekolah di seluruh dunia untuk para pelajar berusia 12-19 serta para guru. 

Penggunaan smartphone untuk pelajaran dan mengerjakan PR Lebih dari duapertiga pelajar (67%) di Indonesia menggunakan smartphone di dalam pelajaran kelas, dan bahkan lebih sering untuk mengerjakan pekerjaan rumah (81%).

Menggunakan smartphone bagi siswa atau pelajar sulit dicegah. Bagi orangtua dan guru, ini menjadi dilema. Jika dilarang, manfaat smartphone sangat banyak sedangkan jika dibiarkan, takut berdampak buruk terhadap anak-anak.  Oleh karena itu sebaiknya kita menentukan solusi terbaik agar dapat meminimalisir dampak buruk dari penggunaan smartphone ini. Memberikan dengan batasan-batasan langsung dalam aplikasi smartphone merupakan langkah yang bijak.

Bagaimana Sekolah Menyiasati Penggunaan Smartphone Agar Tidak Membahayakan Siswa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline