Lihat ke Halaman Asli

Kerja Sama Cina dan Rwanda

Diperbarui: 22 Januari 2020   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

caymanfinancialreview.com

Oleh: Fransiskus Rudin Hondro

Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Potensi Utama

Perekonomian internasinal berubah pesat tetelah perang dunia ke 2, menjadi lebih efisien dan terjalin kerjasama antar negara yang menghasilkan perekonomian global yang meningkat secara drastis. China merupakan salah satu negara yang paling cepat pertumbuhan ekonominya karena keberhasilannya dalam menjalankan kebijakan One Door Policy yang dicetuskan oleh Deng Xiaoping. Kebijakan ini membuka akses China terhadap investasi asing yang masuk ke Negara tirai bambu tersebut.

Secara pasar China memang membuka diri namun mereka tidak meniru langsung teori yang berasal dari luar. Mereka akan melihat pengaplikasiannya pada negara lain dan diseleksi untuk implementasikan lagi didalam negaranya sendiri. Bergabungnya China ke dalam World Trade Organization pada tanggal 17 September 2001 merupakan bentuk komitmen China bahwa Open Door Policy akan terus ditingkatkan dan diintensifkan.

Dalam beberapa dekade terakhir, keterlibatan ekonomi China di Afrika telah meningkat secara dramatis. Para pemimpin politik dan bisnis Cina mengunjungi benua itu secara teratur, dan raksasa Asia itu menggelontorkan investasi dan bantuan ke Afrika. Pesona Cina yang ofensif dan kebijakan global telah melihat Cina muncul sebagai salah satu mitra dagang terbesar bagi 53 negara di Afrika..

Tahun 2008 kerjasama antara China dan Afrika mencapai 106,8 milyar US dollar, selama jangka waktu tersebut pun investasi dan bantuan pembangunan negara meningkat. China juga membatalkan hutang negara-negara di Afrika dan memperluas akses pasar.

Tahun 1990-an China meningkatkan bantuannya kepada pemerintah Afrika dan memulai retorika "saling menghormati" dan "kepeduliannya terhadap keragaman". Pada tahun 2000, China mendorong ke depan kerja sama ekonominya dengan Afrika dengan membentuk Forum for China Africa Cooperation (FOCAC) untuk mengoordinasikan hubungan antara kedua entitas.

China menyediakan bantuan berdasarkan permintaan dari otoritas Rwanda. Bantuan seperti itu seharusnya tidak diragukan lagi ditujukan untuk membantu Rwanda mempromosikan pembangunan ekonomi. Menurut Kebijakan Afrika -- China yang dikeluarkan pada Januari 2006, prinsip dan tujuan kebijakan bantuan luar negeri Cina di Afrika adalah: ketulusan, persahabatan dan kesetaraan, saling menguntungkan dan kesejahteraan bersama, saling mendukung dan koordinasi erat, serta saling belajar satu sama lain dan mencari perkembangan bersama.

China menganggap Rwanda sebagai mitra sejati dan teman sejati di Afrika. Bantuan China ke Rwanda mengikuti prinsip Win-Win atau menang-menang. Lebih lanjut diberikan dalam pertukaran untuk sesuatu yang berubah di waktu yang berbeda dan dengan negara yang berbeda yang berkontribusi untuk kepentingan nasionalnya.

Rwanda misalnya berlokasi strategis dan menawarkan lingkungan yang baik dan aman untuk melakukan bisnis, dan hubungan dengan kawasan melalui keanggotaan Rwanda di COMESA dan EAC. Kebutuhan Rwanda akan jalan baru yang lebih baik, gedung sekolah, rumah sakit, gedung perkantoran, jaringan komputer, sistem telekomunikasi dan pembangkit listrik telah membuka jendela peluang yang menguntungkan bagi perusahaan Cina.

Pada dasarnya bantuan China digunakan untuk mendukung pengembangan bisnis luar negeri dengan prinsip win-win. China percaya bahwa kegiatan ekonominya dan bantuan pembangunannya merupakan peluang untuk memberikan kontribusi positif bagi pembangunan ekonomi Afrika sambil menjaga ekonomi China yang haus akan bahan bakar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline