Lihat ke Halaman Asli

Kajian Kultural, Apakah Kita Membutuhkannya?

Diperbarui: 23 Februari 2021   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber : Pinterest, kreavi.com)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, Indonesia memiliki 1.128 suku yang tersebar pada 17 ribu pulau. Hal inilah yang membuat Indonesia sebagai bangsa yang memiliki banyak keberagaman budaya, tetapi kadang kebaragaman ini dapat membuat konflik yang bahkan sapai merenggut nyawa. 

Banyak sekali permasalahan yang disebabkan oleh perbedaan budaya. Hal itu disebabkan dimana adanya ambisi untuk menghapus perbedaan budaya atau menyamakan budaya yang ada. Apalagi ambisi ini di dorong rasa kepercayaan tinggi bahwa budaya yang banyak dianut oleh orang banyak itu adalah budaya yang baik daripada budaya yang lainnya. Dapat dikatakan seperti ini, budaya sendiri dikatakan sebagai budaya yang paling benar dan baik, sedangkan budaya yang lain merupakan budaya jelata atau tidak dapat dikatakan sebagai budaya. Contohnya seperti yang dikatakan oleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah (Jateng) Abu Hapsin Ph.D, di Jawa Tengah dia mengatakan ”Karena beda pendapat soal tahlil, suatu kelompok mengharamkan kelompok lain. Terjadilah saling menyalahkan hingga terjadi adu fisik,” dari hal itu terjadilah konflik yang terjadi karena mereka yang budayanya direndahkan pasti akan marah dan memiliki dendam.

Pada titik inilah mengapa kajian kultural itu penting. Kajian Kultural disini tidak akan menjadi alat untuk menyeragamkan budaya atau menyamakan budaya, tetapi kajian kultural disini menjadikan budaya lain sebagai hal yang patut untuk dihormati dari segala keunikannya. Kita akan diajarkan bahwa semua memiliki kesempatan untuk ada di dunia dengan segala keunikannya. Seluruh budaya yang ada mau bagaimanapun itu mereka tetaplah sumber keanekaragaman bangsa, aset bangsa bahkan dunia yang sangat berharga sehingga patut untuk dihormati. Jika dilakukan kebergaman yang ada akan menjadi tidak bermakna. 

Daftar Pustaka

Astuti, S I. (2003). "Culture Studies" dalam Studi Komunikasi : Suatu Pengantar. Mediator, vol. 4(1), hlm. 55-68. 

Anonim. 2014. Perbedaan Budaya Picu Konflik. https://elsaonline.com/perbedaan-budaya-picu-konflik/ diakses pada 23 Februari 2021 pukul 15:08 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline