Lihat ke Halaman Asli

Cerita dari Dusun Sembuhan Lor

Diperbarui: 15 November 2018   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fransiscus Sulistiyo (2018-0151-0012)

Suatu sumber pembelajaran bisa kita dapat darimana saja, mulai dari buku, orang lain, atau bahkan pengalaman yang pernah kita alami. Pengalaman menjadi salah satu sumber belajar yang paling nyata bentuknya karena secara langsung dapat kita rasakan dan kita alami.

Sumber pembelajaran saya kali ini saya dapat dari kegiatan saya mengikuti live in di Dusun Sembuhan Lor, Sendang Mulyo dimana saya belajar untuk saling menghargai satu dengan yang lain, bersikap ramah, dan juga kesederhanaan.

Pada tanggal 19 Oktober 2018 saya berkesempatan untuk melakukan perjalanan live in di Desa Sendang Mulyo, Kecamatan Minggir, Sleman lebih tepatnya saya melakukan live in di daerah Sembuhan Lor.

Desa Sendang Mulyo sendiri terbagi atas beberapa dusun dan beberapa diantaranya yang saya ketahui adalah Dusun Blimbingan, nDiro, nDongdongan, Prapag, dan Sembuhan.

Mata pencaharian dari warga di Desa Sendang Mulyo ini sendiri sebagian besar adalah petani dan buruh tani. Perlu diketahui bahwa buruh tani dan petani adalah dua hal yang berbeda dimana petani adalah orang yang memiliki suatu lahan yang kemudia digunakan untuk pertanian sementara buruh tani adalah orang yang mengerjakan lahan milik orang lain.

 Menjadi suatu pengalaman yang berharga bagi saya untuk menjadi bagian dari Desa Sendang Mulyo untuk beberapa hari. Saya berangkat dari Universitas Unika Atma Jaya menuju Kabupaten Sleman kurang lebih pukul 2 siang. Perjalannya sendiri membutuhkan waktu kurang lebih 14 jam dimana saya sampai di Desa Sendang Mulyo sendiri pada pukul 04.00.

Sesampainya di Desa Sendang Mulyo, kami berkumpul di aula yang ada di desa tersebut. Berdasarkan jadwal yang telah disusun oleh panitia, kami baru dapat bertemu dengan kepala dusun masing -- masing wilayah kurang lebih pukul 05.00 sehingga selang waktu yang ada kami pergunakan untuk beristirahat karena perjalanan yang kami tempuh cukup menguras banyak tenaga saya. Pada pukul 05.00 kami diperkenalkan oleh masing kepala dusun dan juga secara simbolis menyerahkan kami untuk tinggal di masing -- masing dusun.

Perjalanan menuju Dusun Sembuhan Lor dilakukan dengan menggunakan mobil pick up menuju rumah kepala dusun. Sesampainya di rumah kepala dusun saya diantar lagi menuju rumah induk semang yang nantinya akan saya tinggali. Saya berkesampatan untuk tinggal di rumah dari keluarga Bapak Sukri. 

Rumah saya tinggal di rumah Bapak Sukri Bersama dengan beberapa teman saya sehingga jumlah orang yang tinggal di rumah Bapak Sukri terdapat 6 orang termasuk saya di dalamnya. Bapak Sukri sendiri merupakan pekerja serabutan sehingga ia hanya bekerja apabila memang sedang ada proyek. Kondisi dari tempat yang saya tinggali ini sendiri tergolong nyaman dan jauh dari yang saya perkirakan dan juga menurut saya kondisi geografis dari Dusun Sembuhan Lor sendiri juga sudah cukup maju menurut saya.

Aktivitas yang saya lakukan di Dusun Sembuhan Lor ini tidak terlalu banyak karena kebetulan pada saat itu Bapak Sukri sendiri sedang tidak memiliki banyak pekerjaan dan juga kondisi saya saat itu sedang kurang sehat karena saya terkena diare semenjak awal hingga selesai live in.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline