Lihat ke Halaman Asli

Fransisca AmeliaKA

Mahasiswa S-1 Ilmu Lingkungan

Inovasi PLTSA dari Gunungan Sampah Putri Cempo: Apakah Berdampak Buruk?

Diperbarui: 13 Mei 2024   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Gunungan sampah Putri Cempo adalah sebuah bentuk fenomena yang merangsang perbincangan publik dalam beberapa tahun terakhir. Bukan hanya sebuah karya seni alami semata, tetapi juga cerminan dari krisis sampah global yang semakin memburuk.. Gunungan sampah pada Putri Cempo menjadi simbolisasi dari kebijaksanaan dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga kebersihan lingkungan khususnya pada Kota Surakarta. Di balik itu semua ada fakta yang tak terelakkan, yaitu dampak buruk yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah Putri Cempo.

Dari kantong plastik yang sekali pakai hingga barang-barang elektronik yang usang, kita telah menciptakan gunung sampah yang mengancam. Konsumsi berlebihan dan kurangnya kesadaran akan daur ulang telah menjadi sumber utama masalah ini. Terlebih karena perubahan gaya hidup modern, seperti penggunaan produk sekali pakai, telah memperparah masalah ini.  Sementara itu, kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah yang efektif dan pengawasan yang ketat juga turut berkontribusi dalam meningkatnya tumpukan sampah.

Dampak buruk dari penumpukan sampah sangatlah serius. Limbah yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari air dan tanah, mengancam kehidupan makhluk hidup dan mengganggu ekosistem. Selain itu, kebakaran sampah yang menyerang tahun lalu tidak terkendali menghasilkan emisi beracun yang merugikan kesehatan manusia dan menyebabkan polusi udara yang parah. Tidak hanya itu, penumpukan sampah juga menjadi sarang penyakit dan merusak keindahan lingkungan. Tanah yang tercemar oleh bahan kimia berbahaya dari beberapa komponen sampah dan semua yang membawa risiko serius bagi kesehatan manusia dan mengancam keberlangsungan lingkungan hidup.

Namun, di tengah tantangan ini, secercah harapan melalui kemunculan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA). Teknologi canggih ini mengubah sampah menjadi sumber energi yang bersih dan terbarukan. Dengan mengadopsi PLTSA, kita dapat mengurangi akumulasi gunungan sampah, mengurangi emisi gas rumah kaca. Proses ini tidak hanya mengurangi penumpukan sampah, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dengan menghasilkan energi terbarukan. Tidak lain dan tidak bukan yaitu listrik yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang kemudian akan dialirkan ke PLN untuk diakumulasikan ke warga.

Meskipun PLTSA menawarkan solusi berkelanjutan yang menjanjikan, masih ada tantangan yang perlu dihadapi dalam menerapkannya secara luas. Salah satunya adalah masalah teknis dan infrastruktur, termasuk biaya yang tinggi untuk pembangunan fasilitas PLTSA. Tantangan infrastruktur, biaya investasi awal, dan kebutuhan akan regulasi yang memadai masih menjadi hambatan dalam mewujudkan potensi penuh teknologi ini. Selain itu, dibutuhkan komitmen kuat antara pemerintah dan partisipasi masyarakat yang kuat untuk menjadikan PLTSA sebagai bagian dari solusi yang komprehensif dalam mengatasi krisis sampah.

Meskipun tantangan yang dihadapi tidak ringan, namun sebagai masyarakat kita masih dapat melayangkan harapan. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan keberlanjutan, serta adopsi teknologi hijau seperti PLTSA, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan upaya bersama dari pemerintah, industri, dan masyarakat, kita dapat mengubah gunungan sampah menjadi peluang untuk membangun masyarakat yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline