Lihat ke Halaman Asli

Persatuan Rakyat ASEAN Bukan Sekedar Mimpi

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KTT ASEAN ke-22 yang Bandar Seri Begawan, ibukota Brunei Darussalam pada bulan April lalu memfokuskan pada pembangunan persatuan ASEAN dan pencapaian perkembangan negara-negara ASEAN dalam rangka merampungkan Piagam ASEAN.

Dengan Brunei sebagai Chairman ASEAN 2013, tema  KTT yang diangkat adalah  Our People, Our Future Together, atau “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”.  Pokok perundingan KTT ini adalah  pembangunan badan persatuan ASEAN, dengan tiga pilar yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Ditargetkan bahwa pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015.

Saat KTT Brunei berakhir, dilaporkan bahwa  sebanyak 259 kebijakan yang ditentukan dalam cetak biru Persatuan Ekonomi ASEAN telah dilaksanakan, persentase kinerjanya mencapai 77,54 persen, di antaranya pengurangan pajak mencapai kemajuan nyata, 6 anggota ASEAN yang relatif maju antara lain Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia dan Brunei telah menghapus 99,65 persen pajak impor, 4 negara ASEAN yang relatif tertinggal yakni Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam menurunkan 98,86 persen pajak impor di bawah 5 persen.

Meski demikian, menghadapi ketidakseimbangan perkembangan ekonomi dalam kawasan ASEAN, etnis, agama dan kebudayaan yang beragam, faktor ketidakstabilan secara politik geografis dalam kawasan.  Tantangan-tantangan itu harus dihadapi tersebut dalam proses pewujudan target Persatuan Ekonomi ASEAN.

Ketika pemimpin negara ASEAN mencanangkan lagi milestone baru yaitu perwujudan Badan Persatuan ASEAN sebelum 2015, sesungguhnya sebelum Badan Persatuan itu terwujud, rakyat ASEAN harus disadarkan dulu tentang Komunitas ASEAN 2015.

Tidak hanya Indonesia, tetapi seluruh negara ASEAN harus gencar mensosialisasikan Komunitas ASEAN 2015 ke masyarakatnya.  Fakta yang saya temukan di negara saya sendiri,  Komunitas ASEAN tampaknya baru diketahui kalangan tertentu.  Blogger seperti saya termasuk yang beruntung bisa dapat info.  Tetapi, yang saya amati, sosialisasi masih terbatas.  Contoh kecil saja di Bandara Soekarno Hatta khususnya Terminal Internasional, tak saya temui satu pun spanduk atau banner yang mengindikasikan adanya woro woro Komunitas ASEAN 2015.  Padahal, airport adalah gerbang lintas manusia dari berbagai negara.  Menurut saya sosialisasi (minimal) harus dimulai dari sini.

Begitupun ketika saya menginjakkan kaki di Changi Airport, Singapore.  Tak ada satupun tanda-tanda bahwa Komunitas ASEAN 2015 akan launch 2 tahun lagi.  Beberapa warga lokal yang saya temui di sebuah rumah sakit di Singapura juga tidak mengetahui apapun tentang komunitas ASEAN.Not even the nurses, padahal, pasien di RS mereka banyak yang berasal dari negara ASEAN, terutama Indonesia.  Atau mungkin Pemerintah Singapura sudah menganggap warganya sudah pasti mampu menghadapi 2015?  He he, ya mungkin saja.

Bagaimana dengan Brunei? Keadaannya kurang lebih sama.  Meskipun Brunei adalah Chairman 2013, spanduk sosialisasi ASEAN Community 2015 tidak nampak berkibar di Bandar Seri Begawan.  Padahal baru saja diadakan 2nd Working Group Meeting On Mid-Term Review (MTR) of  The Implementation of the Asean Socio-Cultural Community Blueprint 1-3 September lalu di sana.

So, melihat fakta yang ada, saya tidak tahu apakah sosialisasi ASEAN Community jadi prioritas pemerintah negara masing-masing.  Dibanding negara lain, kelihatannya Thailand paling sigap dalam sosialisasi ini.  Peran Indonesia sebagai negara ASEAN berpenduduk paling besar, harusnya lebih digencarkan dalam secepatnya mensosialisasikan hal ini ke masyarakat.

Saat ini, elemen masyarakat yang peduli, bergerak atas inisiatif sendiri  untuk mensosialisasikan Komunitas ASEAN.  Timbul gerakan-gerakan sosialisasi ASEAN di sosial media seperti ASEAN Blogger, juga ASEAN Community Facebook Page yang memiliki admin dari berbagai negara.  gerakan ini layaknya didukung pemerintah negara masing-masing.

Kita sebagai blogger juga bisa membantu mempercepat sosialisasi ini, yang paling mudah adalah dengan lebih banyak menyebarkan postingan tentang ASEAN dengan bahasa Inggris.  (mudah tapi susah ya, he he secara kemampuan Bahasa Inggris saya juga pas-pasan, hiks).  yah, ini sekedar saran sih, gimana kalau ASEAN Blogger bikin lomba blog berbahasa Inggris?  Biar postingan kita juga dibaca dan dimengerti oleh teman-teman dari seluruh ASEAN.  Siapa tahu lomba kita juga menginpirasi teman-teman blogger negara lain membuat lomba yang sama?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline