Kisah ini baru pagi tadi diceritakan oleh driver lepas langganan keluarga saya, Azmi, dalam perjalanan mengantar saya ke kantor.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 1 Mei subuh, keluarga Azmi mendapat berita duka. Paman Azmi yang berdomisili di Karawang, meninggal dunia. Kabar menyebar dengan cepat. Keluarga dan kerabat dekat langsung berangkat ke Karawang subuh itu juga.
Sang paman, menurut Azmi adalah seorang purnawirawan TNI divisi Provost. Saya tadi tidak sempat bertanya ke Azmi berapa usia sang Paman saat wafat, namun tentunya jika sudah pensiun, usianya di atas 55 tahun.
Ketiga anak lelaki si Paman, seluruhnya sedang bertugas di laut (mereka bekerja di bidang pelayaran pada perusahaan asing) saat ayah mereka wafat. Mereka tidak bisa langsung pulang ke Indonesia untuk mendoakan dan mengantar ayah mereka ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Sehingga urusan jenasah dan pemakaman, seluruhnya ditangani oleh istri almarhum dan kerabat dekat.
Menurut Azmi, keluarga menginginkan sang Paman dimakamkan di Surabaya, dan sesegera mungkin berangkat ke Surabaya jika memungkinkan. Untuk ke sana tentunya mereka membutuhkan mobil jenasah. Posisi mereka saat itu di Karawang, dan menghadapi musibah mendadak seperti ini tentunya mereka tidak siap. Untuk menyewa mobil jenasah hingga ke Surabaya tentu saja memerlukan biaya besar, sedangkan almarhum hanyalah pensiunan TNI provost yang hidup sederhana. Tarif sewa mobil jenasah hingga ke Surabaya tak pelak mencapai jutaan rupiah, tepatnya empat juta, kata Azmi pada saya.
Di saat keluarga merembuk masalah ini, mereka dikejutkan dengan kedatangan sebuah ambulan di depan rumah. Ternyata Ambulan Gerindra. Supir ambulan menjelaskan, ia diminta bantuan oleh Kepala Desa untuk mengantar jenasah ke pemakaman. Tanpa biaya. Keluarga tentu kaget, karena tak satupun di antara mereka, baik almarhum maupun istri yang menjadi kader atau simpatisan Gerindra. Dijelaskan bahwa mereka akan memakamkan almarhum di Surabaya, apakah tetap gratis? Supir menjawab ia akan mengantar mereka hingga ke pemakaman di Surabaya, tanpa biaya. Bantuan ini tentunya diterima dengan ucapan syukur.
Akhir kata, berangkatlah rombongan mengantar almarhum ke pemakaman di Surabaya. Perjalanan ke Surabaya berlangsung lancar, tidak macet. Proses pemakaman pun berjalan dengan lancar.
Menurut Azmi, sang Paman semasa hidupnya adalah orang yang rendah hati, ramah, dan sederhana. Mungkin itulah yang menyebabkan saat wafatnya, banyak kemudahan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Yang jelas, keluarga sangat berterima kasih atas disediakannya ambulan gratis dari Gerindra untuk mengantar jenasah almarhum hingga Surabaya untuk dimakamkan.
Kisah ini tidak diekspos oleh media, dan Azmi sebagai pengkisah pun tidak tahu dari DPC atau kader gerindra yang mana ambulan itu berasal. Yang jelas ambulan Gerindra itu sangat membantu keluarganya yang tengah membutuhkan dalam keadaan darurat.
Sebuah peristiwa yang mungkin remeh temeh untuk kita, namun bermakna besar bagi kerabat Azmi. Masih ada (dan banyak) kader partai Gerindra yang didirikan oleh Bapak Prabowo Subianto yang berbuat langsung bagi sesama dengan tulus, melalui ambulan Gerindra.
Semoga perbuatan baik ini tidak berhenti sampai di sini. Terima kasih, Gerindra.