Lihat ke Halaman Asli

Valentine, Dari Mana Asal Usulnya?

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mumpung masih di bulan Februari, aku coba menuliskan sedikit pengetahuan yang aku dapat tentang Valentine.  Pasti banyak dari antara kita yang pernah mengirim & menerima kartu atau pemberian di Hari Valentine bukan? Malah banyak orang menunggu-nunggu datangnya hari Valentine, yang konon diketahui banyak orang sebagai hari kasih sayang, apalagi yang baru jatuh cinta, namun coba cermati bagaimana kebiasaan ini bermula? Brewer’s Dictionary of Phrase and Fable mengatakan, ”Santo Valentine, seorang imam di Roma yang dipenjarakan karena menolong orang-orang kristiani yang ditindas. Ia berpindah agama dan, . . . ia dipukuli hingga mati. Harinya adalah 14 Februari . . . ”Perayaan purba untuk memilih Valentine hanya secara kebetulan memiliki hubungan dengan [sang] santo, karena pada dasarnya hal itu merupakan peninggalan dari perayaan Roma purba Lupercalia . . . atau berhubungan dengan musim berkawin burung-burung. Ini ditandai dengan memberikan hadiah dan dewasa ini dengan mengirimkan dengan gambar dewa asmara, panah menembus hati, dan sebagainya.” Dan apa hubungan Dewa asmara dengan hari Valentine? Sumber yang sama mengatakan, ”Cupid (Lat[in] cupido, berahi, cinta asmara). Dewa cinta Roma, dianggap sama dengan Eros dari Yunani. Ia biasanya digambarkan sebagai seorang anak laki-laki tampan bersayap, mata tertutup, dan membawa busur serta anak panah.”

The World Book Encyclopedia memberikan keterangan lebih lanjut, menawarkan beragam teori tentang asal mula praktik Hari Valentine. ”Menurut suatu cerita, kaisar Roma Klaudius II pada tahun 200-an M., melarang laki-laki muda untuk menikah. Kaisar berpikir bahwa laki-laki lajang adalah tentara yang lebih baik. Seorang imam bernama Valentine melanggar perintah kaisar dan dengan diam-diam menikahkan pasangan-pasangan muda. . . . Banyak cerita mengatakan bahwa Valentine dieksekusi pada tanggal 14 Februari kira-kira tahun 269 M. Pada tahun 496 M., Santo Paus Gelasius I menamai tanggal 14 Februari sebagai hari Santo Valentine.”

Tidak soal asal mula sebenarnya dari praktik ini, tapi jelas bahwa ini berakar dari kepercayaan kafir purba. Hari Valentine juga menjadi dalih lain untuk ekploitasi komersial, kerap kali dari masyarakat yang belum tahu. 2 Korintus 6:14-18 mengatakan : "Jangan memikul kuk secara tidak seimbang bersama orang-orang yang tidak percaya. Karena apakah ada persekutuan antara keadilbenaran dengan pelanggaran hukum? Atau apakah ada persamaan antara terang dengan kegelapan? Selanjutnya, apakah ada keselarasan antara Kristus dan Belial? Atau apakah orang yang setia mempunyai bagian bersama orang yang tidak percaya? Dan apakah ada kesepakatan antara bait Allah dengan berhala-berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup; sebagaimana Allah katakan, ”Aku akan berdiam di antara mereka dan berjalan di antara mereka, dan aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatku.”  ”’Karena itu keluarlah dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu,’ kata Yehuwa, ’dan berhentilah menyentuh perkara yang najis’”; ”’dan aku akan menerima kamu.’”  ”’Dan aku akan menjadi bapakmu, dan kamu akan menjadi putra-putriku,’ kata Yehuwa Yang Mahakuasa. Semoga pembaca kompasiana yang mengimani alkitab, dapat menarik kesimpulan yang benar sehubungan dengan perayaan Valentine...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline