Lihat ke Halaman Asli

Frans Dione

Dosen, Konsultan dan Pembicara

Pelajaran dari Taliwang

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata Taliwang, apa yang Anda ingat? Mungkin terbesit di ingatan Anda “Ayam Taliwang”’ ayam goreng yang lezat khas NTB. Taliwang sebenarnya adalah nama kota kecil, Ibukota Kabupaten Sumbawa Barat. Sebuah Kabupaten baru yang dimekarkan pada tahun 2003, jadi kabupaten ini baru berusia 7 tahun. Taliwang dapat ditempuh dengan penerbangan dariJakarta-Mataram dilanjutkan dengan perjalanan darat 2 jam, penyeberangan ferry 2 jamdan darat 1 jam lagi! Cukup jauh memang, tapi denyut kehidupan danaktifitas ekonomi begitu terasa dan maju di Kota Taliwang yang dulunyakecamatan. Tapi saya tidak ingin membandingkannya dengan daerah lain, membandingkan satu daerah dengan daerah lain haruslah proporsional, karena masing-masing daerah memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Melalui tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan sedikit pelajaran(lesson learned) dariKabupaten yang baru ini.

Kehadiran saya di Taliwang dalam kapasitas sebagai anggota TimFasilitator dari Yayasan Inovasi Pembangunan Daerah (YIPD) Jakarta.Kami diminta untuk mendesain implementasi sebuah program yangdicanangkan Bupati Sumbawa Barat yang disebut Pembangunan BerbasisRukun Tetangga (PBRT), melalui program ini masyarakat benar-benardilibatkan sampai dengan tingkat RT dalam pembangunan di SumbawaBarat, masyarakat diajarkan, diberdayakan dan dibiasakan untukterlibat dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, penentuanprioritas, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembangunan di wilayahmereka masing-masing! mereka juga diajarkan untuk mengorginisir diridan menyusun administrasi kelembagaan. Pemda memberikan insentif pada setiap RT, walaupun tidak besar tapi cukup merangsangmasyarakat berpartisipasi. Walaupun dari segi skala kurang strategistapi program ini cukup bagus!Terutama dalam hal pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat (Capacity Building). Barangkali di daerah lain dapat dimodifikasi menjadi pembangunan berbasis Dusun, Kampung atau Desa.

Pelajaran kedua dari Sumbawa Barat adalah penyampaianpertanggungjawaban Bupati. Beberapa hari yang lalu tepat pada hariulang tahun Kabupaten, Bupati menyampaikan pertanggungjawaban dlapangan terbuka di hadapan sekitar 8.000 warga, perwakilan dariberbagai pelosok kecamatan, jadi bukan hanya disampaikan di gedung DPRD. Acara ini masuk dalam rekor MURI. Pelajaran yang baik untukmembangun transparansi, sehingga masyarakat benar-benar mengetahui apayang sudah dilakukan oleh Bupati, kemajuan program pembangunan ataubahkan juga kelemahan-kelemahannya.

Pelajaran ketiga, berangkat dari kearifan lokal Sumbawa Barat, melaluimotto Kabupaten : Pariri Lema Bariri artinya kumpulkan yang terserakagar bermanfaat! Penjabarannya kumpulkan waktu, uang, kesempatan, alatbahkan tenaga agar kuat dan bermanfaat untuk kemajuan Daerah!Motto ini juga membawa pesan untuk mengedepankan persatuan dan kebersamaan dalam setiap masalah dan menghindari konflik kepentingan yang tidak perlu, apalagi dalam sistem politik lokal kita sekarang yang sarat dengan konflik. Sebuah kearifan lokal yang patut dikembangkan menjadi spirit pembangunan daerah. Semoga hal yang positif ini dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Nusantara. Demikianlah sedikit pengalaman dari perjalanan saya ke Kabupaten Sumbawa Barat. Semoga bermanfaat. PARIRI LEMA BARIRI !!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline