Lihat ke Halaman Asli

Franz Budi Sarwono

Mindset Modifier

Rubah Pikiran Anda dan Anda akan Merubah Dunia Anda

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

If we think happy thoughts, we will be happy.

If we think miserable thoughts, we will be miserable.

(Dale Carnegie)


Stay at Lounge. Tidak seperti biasanya, pada minggu malam ini lounge di terminal 1A Bandara Soekarno Hatta tidak terlalu dipadati oleh penumpang yang sedang menunggu keberangkatan pesawatnya. Saya pun dengan mudahnya mendapatkan meja yang kosong. Meletakkan ransel yang semakin memberatkan pundak di atas sofa dan barang-barang bawaan saya yang lain di meja.


Hot cappucinno. Setelah meletakkan semua bawaan, saya menghampiri mesin coffee maker, lalu mulai memilih hot cappucinno. Sambil menyeruput hangatnya cappucinno, saya menantikan keberangkatan pesawat yang akan mengantar saya pulang ke Surabaya setelah selama seminggu penuh meninggalkan rumah. Agenda saya pada minggu pertama di awal tahun 2012 ini terbilang cukup padat, selain memberikan pelatihan, konsultasi, dan sekaligus terapi mindset kepada para salesman PT WWS di Kudus, pada akhir pekan, saya harus terbang ke Jakarta untuk mengikuti program sertifikasi EFT Practitioner.


Delay. Setelah menunggu cukup lama baru kami mendapatkan informasi bahwa pesawat yang akan mengantar saya pulang mengalami keterlambatan selama satu jam dari jadwal semula dengan alasan yang klasik tentunya, dikarenakan alasan operasional, demikianlah yang biasanya disampaikan oleh maskapai penerbangan ketika terjadi delay.

Menunggu tanpa ada kepastian adalah pekerjaan yang melelahkan, apalagi kondisi saya sangat kecapekan dan lemah akibat terserang flu, semakin memberatkan. Walaupun di longue saya bisa menikmati kudapan ringan dan berbagai macam minuman, tidak bisa membantu membawa pergi rasa penat ini.


Jarum jam menunjukkan angka delapan lewat empat puluh menit ketika petugas longue mengumumkan melalui pengeras suara bahwa para penumpang tujuan Surabaya dipersilahkan untuk boarding melalui pintu A2. Mendengar informasi ini, di seberang sofa saya, seorang wanita paruh baya yang tengah berbincang dengan temannya, tampak menghela nafas lega dan segera bergegas bangkit berdiri sambil mengemasi barang-barang bawaannya. Pun demikian dengan para penumpang lain, mereka segera bergerak menuju gate keberangkatan. Lain halnya dengan kebanyakan penumpang yang rela berdesak-desakan untuk segera naik pesawat, saya memilih untuk belakangan saja menaiki pesawat karena saya yakin kursi saya tidak akan ke mana-mana dengan nomor kursi saya tertera jelas di boarding pass. Setelah panggilan ketiga, saya baru beranjak menaiki pesawat dengan langkah berat. Memanggul tas ransel yang over tonnage, sementara tangan kanan dan kiri dipenuhi oleh barang bawaan, memang sangat merepotkan.

Sesampainya di dalam pesawat, saya dikagetkan karena mendapatkan kursi saya telah ditempati oleh seorang ibu. Saya meminta ibu tersebut untuk pindah tempat namun dia berkeberatan. Ia beralasan bahwa dia dan putrinya mendapatkan kursi yang terpisah oleh sebab itu si ibu ini meminta saya untuk mau bertukar kursi sehingga dia dapat menemani putrinya. Mendengar argumentasinya, saya menggangukkan kepala tanda setuju namun sebenarnya saya tidak rela karena sejak check in, saya sudah memilih kursi tersebut. Ibu tadi pun membalasnya dengan ucapaan terima kasih. Akhirnya kami pun bertukar kursi. Saya menghempaskan tubuh saya di kursi tersebut dengan perasaan dongkol, jengkel, dan bersungut-sungut karena tidak ikhlas harus berpindah kursi. Kejengkelan saya memuncak ketika menyadari bahwa sandaran kursinya terlalu tegak sehingga membuat duduk saya tidak nyaman. Akumulasi dari kelelahan fisik, menunggu keterlambatan keberangkatan pesawat, ditambah dengan kejengkelan saya harus bertukar kursi dan malah mendapatkan kursi yang tidak nyaman menggiring saya memasuki pada zona state negatif.


State adalah kondisi seseorang yang berkaitan dan fisik dan mentalnya pada saat tertentu yang secara fisiologis mempengaruhi segala tindakannya. State dapat dibedakan menjadi, state postif, netral, dan negatif. Baik state positif maupun negatif memiliki grafik yang terus bergerak, hanya bedanya state positif pola grafiknya naik yang menghasilkan energi vibrasi positif sedangkan state negatif pola grafiknya menurun yang berarti menghasilkan energi vibrasi negatif .


Tiba-tiba saya tersadar vibrasi energi saya bergerak ke arah negatif sebagai pengaruh state saya yang negatif. Berdasarkan level energi menurut David R Hawkins, M.d., Ph.D. ketika seseorang dalam keadaan marah, nekat, takut, rasa malu, kesedihan mendalam, apatis maka energi yang dipancarkan adalah negatif. Saya dalam state marah. Dalam skala yang dikemukakan oleh David R Hawkins, M.d., Ph.D., state marah berada di level minus 150. Bila hal ini terjadi pembiaran maka pola grafiknya akan cenderung menurun semakin minus yang berarti semakin memancarkan energi negatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline