Lihat ke Halaman Asli

Penipuan Berkedok Tiket Murah

Diperbarui: 29 Juni 2015   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Bisa-bisanya di negeri tercinta ini ada orang yang bebas memeras orang miskin dengan taktik yang cukup jitu. Pertanyaanya ialah apakah kita (korban) yang bodoh, atau karena negara membiarkan para penipu pengisap darah ala vampir ini berkeliaran dengan bebasnya?

 

Kronologi berikut ini menjelaskan bahwa mungkin saya bodoh, tetapi karena saya melakukan tugas negara yang cukup mulia, yaitu proyek percontohan keselamatan infrastruktur jalan raya, dan karena sudah mengecek dengan teman (yang tidak sadar akan adanya penipuan) maka saya tidak curiga kalau iklan yang ada dalam sms itu hanyalah tipuan jahat yang menjerat orang-orang miskin. Hanya orang miskin saja yang mencari tiket semurah mungkin. Untuk menjadi juru bahasa, saya diberi pembayaran secara ‘lumpsum’ sehingga yang terpikirkan adalah penghematan. Tapi ternyata saya menjadi salah satu dari sekian banyak korban penipu, penghisap darah, penjahat yang beroperasi secara terang-terangan di negara tercinta ini. Saya tidak yakin penjahat tersebut dapat melarikan diri karena nomor rekening yang dipakai itu resmi, yang satu memakai rekening yang sama dengan rekening saya, yaitu BCA, dan yang lainnya BRI. BCA mempunyai perjanjian bilateral dengan BRI sehingga saya yakin semua penipuan ini akan dapat diungkapkan dengan bantuan Polisi, BCA dan BRI. Dengan ini saya juga minta tolong agar pemerintah, khususnya pihak berwenang menangani masalah ini dengan serius untuk mencegah korban berikutnya.

 

 

Berikut ini adalah salinan Kronologi dan Laporan Polisi.

 

Kronologi  Penipuan (dugaan penipuan) Berkedok Penjualan Tiket Murah

  1. Tanggal 9 Juni 2015, pukul 7:11 saya menerima pesan lewat SMS dari seseorang yang setelah dicek, mengaku bernama Iwan  (bukan Imanuel, sesuai laporan lisan kemarin ke Halo BCA) Gunawan dari TRAVELOKA, menawarkan Tiket Murah. Waktu itu saya sedang dalam perjalanan ke MABES AURI untuk menjadi satu-satunya Juru Bahasa untuk masalah mengenai suku cadang pesawat. Saya cukup lelah karena pekerjaan ini membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi.
  2. Sekitar pukul 4 sore setelah mengecek dengan seorang teman, saya memesan (booking) ke Travel tersebut dengan pesawat Lion Air, untuk rute Jakarta –Pekan Baru (14 Juni), Pekan Baru – Medan (17 Juni) dan Medan – Jakarta (20 Juni).
  3. Selama perjalanan dengan kereta saya berkomunikasi dan saya diberikan nomor rekening untuk transfer biaya tiket. Saya disuruh melakukan transfer ke rekening Heni Kartika dengan no rekening BCA 2540521703.
  4. Sekitar pukul 17 45, setelah tiba di Tangerang dari Jakarta, saya menelpon lagi untuk memastikan jumlah yang akan ditransfer, yaitu 1,615.000, dengan menegaskan bahwa setelah itu saya harus diberi kode booking.
  5. Sekitar 17:47, Setelah menelpon Iwan Gunawan, dan atas panduannya, saya melakukan transfer ke rekening orang yang bernama Heny Kartika. Iwan Gunawan meminta saya untuk memberitahu dia setelah transfer.
  6. Pada pukul 17:50 saya diminta mendaftarkan kode isu tiket dengan nomor 009988757

Ternyata struk menunjukkan bahwa saya baru saja men transfer uang sejumlah 9.988.757 (sembilan juta sembilan ratus delapan puluh delapan ribu tuju ratus lima puluh tuju ribu rupiah, ke rekening orang yang bernama Laela Rahmawati di BRI.

  1. Saya telpon untuk minta penjelasn, lalu Iwan Gunawan mengatakan ada terjadi kesalahan dan saya diminta untuk memasukkan kembali kartu ATM saya yang akan dipandunya. Saya keberatan, dan komunikasi terhenti karena baterai HP saya mati.
  2. Sekitar pukul 19:00 baru saya telpon dan minta agar uang saya ditransfer balik. Iwan mnegaskan bahwa hal itu baru bisa dilakukan kalau saya ke ATM BCA dan dia akan pandu saya. Sementara itu saya cek Situs Traveloka dan setelah menelpon, saya tahu bahwa saya sudah ditipu. Traveloka dengan nomor kontak (021) 1500 308 menegaskan bahwa Traveloka tidak pernah memakai SMS/Telpon untuk promosi itikat.
  3. Segera setelah itu saya menelpon ke BCA dan berbicara dengan staff BCA yang bernama DIKA.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline