Lihat ke Halaman Asli

Turnamen Bagus, tapi Klub Butuh Kompetisi Reguler

Diperbarui: 26 November 2015   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak PSSI dibekukan pada April 2015 yang lalu, yang berimbas terhentinya kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang baru melakukan beberapa pertandingan, pemerintah melalui Kemenpora telah melaksanakan tiga turnamen, Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, serta Piala Jenderal Sudirman yang saat ini sedang berlangsung.

Tiga turnamen sepakbola yang telah dan sedang berjalan saat ini bukan sebuah ajang yang ideal,  walaupun dengan alasan sebagai pengobat rindu public sepakbola tanah air, tetap tidak bisa menyamai  kompetisi reguler. Turnamen hanya menjadi santapan empuk klub-klub besar dan hanya sedikit menyisahkan bagi klub-klub kecil dengan dana yang terbatas.

Sebagai contoh saja, pada partai empat besar Piala Presiden kemaren adalah Persib Bandung, Sriwijaya FC, Arema Cronus dan Mitra Kukar, keempat klub semifinalis tersebut bisa dikatakan sebagai klub dengan pendanaan lumayan mapan yang barang tentu mempunyai skuad diatas klub-klub seperti Persela Lamongan, Gresik United, PBR serta klub dengan dana minim lainnya yang harus puas hanya sampai babak penyisihan saja, alias cukup tiga atau empat laga saja difase grup, setelah itu jadi penonton.

Bagi Persela Lamongan, Gresik United, PBR ataupun klub kecil lainnya, mengikuti turnamen sepakbola hanya sebagai pengembira saja, hanya sedikit ikut mengaktifkan sepakbola, juga sedikit membantu pemasukan bagi pemain, tapi tidak memberikan dampak yang berarti bagi klub, bahkan mungkin bisa tekor.

Semakin diperparah dengan alasan agar bisa mendatangkan sponsor, pada turnamen skala besar, Promotor menunjuk tuan rumah yang itu-itu saja, Palembang, Bandung, Malang, Bali. Akibatnya klub-klub kecil hanya menjadi tamu, hanya sebagai pelengkap, juga tak ketinggalan sebagai pengembira saja. Klub besar yang berpesta, klub kecil jadi penonton.

Walaupun turnamen seperti Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman menggunakan system subsidi, tetap saja tidak terlalu membantu, terutama bagi klub-klub pengembira. Dampaknya klub-klub kecil setengah hati  dalam mempersiapkan tim alias tidak total. Maka tak heran kalau turnamen hanya mengahadirkan euforia sesaat.

Kalau memang mau memberikan efek dengan skala yang lebih besar, harusnya dilaksanakan sebuah kompetisi regular yang jelas-jelas akan saling menguntungkan antara promotor dan klub, juga pemain. Dengan kompetisi secara regular sangat memungkinkan klub akan menerima pemasukan dari sponsor juga dari tiket pertandingan.

Tidak hanya itu saja, dengan adanya kompetisi regular. Pemain yang selama ini hanya sebagai penghias bangku cadangan punya peluang lebih besar untuk merasakan menit bermain, tidak seperti dalam turnamen yang sampai final hanya sembilan kali pertandingan, pelatih lebih mengutamakan pemain inti, kecuali sudah sangat terpaksa sekali.

Mahaka Sport dengan berbagai terobosannya sudah membuktikan bisa melaksanakan sebuah turnamen sepakbola Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman yang saat ini sedang berlangsung. Nah, selagi PSSI dalam masa pembekuan dan kalau memang pemerintah lebih berpihak kepada klub serta pemain,  tidak salah bila Kemepora mengajak  atau bekerjasama dengan pihak Mahaka Sport dalam sepakbola dengan skala yang lebih besar, yaitu Kompetisi Reguler yang dapat dipastikan akan saling menguntung terhadap semua elemen yang bersentuhan dengan sepakbola. Tapi jangan hanya kompetisi untuk klub-klub ISL saja.

Kalau dari turnamen satu ke turnamen yang lain, seperti rencana Piala Gubernur Kaltim Januari 2016 mendatang. Takutnya para pemerhati sepakbola tanah air menganggap hanya sebagai ajang Pencitraan  Semata.

Salam

Gambar dari: footballteam14.blogspot.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline