Lihat ke Halaman Asli

Hebatnya Istriku Tercinta

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Entahlah…pantaskah saya menuliskan tentang istriku tercinta dikanal ini, tetapi semakin ditahan jemari ini untuk mengurai kata-kata tentang dia yang tercinta, semakin gatal jemari ini menekan huruf demi huruf di keyboard PC, apalagi mendekati tengah malam begini, inspirasi untuk menuliskan tentang ibunya anak semakin menggebu-gebu.

Pebruari 2012 yang lalu, pernikahan kami sudah menginjak yang ke-14 tahun, ala maaak ternyata sudah lumayan lama pernikahan kami, dan sebagai saksi hidup pernikahan kami adalah dengan bukti yang saheh yakni 3 orang anak, dan semuanya laki-laki.

Tentu bagi yang sudah berumah tangga akan mengetahui betapa sulit dan susahnya seorang ibu harus mengurusi 3 anak yang semua laki-laki, yang katanya lebih sulit dari mengurus anak perempuan.

Apakah istriku hanya seorang ibu rumah tangga saja? Ternyata tidak, istri juga harus berhubungan dengan banyak orang yang membutuhkannya, wabil khusus terhadap para ibu-ibu yang tentunya sudah berumah tangga.

Ya, disamping sebagai ibu rumah tangga, istriku juga berprofesi sebagai bidan swasta yang mempunyai praktek kecil-kecilan disebelah rumah. Pernah beberapa tahun yang ada tawaran ikut PNS, tetapi kalau diterima akan ditempatkan dilokasi yang lebih kedalam. Bukan persolaan jauh didalam yang menjadi pertimbangan, tetapi katanya lokasi dinasnya tidak begitu aman untuk dibuat tinggal. Akhinya dengan perhitungan matang, akhirnys istriku memposisikan diri menjadi bidan swasta saja.

Harus diakui, saya sendiri belum tentu bisa sehebat istriku dalam melaksakan tugasnya sehari-hari, sebagai ibunya anak-anak mungkin masih bisa dibantu sama diriku sebagai suaminya, ya bantu-bantu mencuci satu dua gelas, buatkan susu anak ataupun memasakkan mie istant.

Tetapi sebagai bidan? Ini yang membuat saya sebagai suaminya mengakui kehebatannya, terpampang diplang nama “Khusus persalinan 24 jam” mungkin ibu-ibu lain ditengah malam sedang terlelap tidurnya dengan ditemani mimpi-mimpi indah, sementara istriku tercinta sedang bergelut dengan yang namanya waktu. Dengan ditemani seorang asisten, dalam tengah malam istriku sedang memberi aba-aba kepada ibu  yang akan melahirkan.

******

Beberapa hari yang lalu, sore-sore ibu hamil itu datang ketempat praktek istriku, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ibu hamil tersebut sudah ada pembukaan, perkiraan sekitar jam 1 atau jam 2 tengah malam, akan lahir lagi seorang bayi mungil. Pendek cerita perkiraan tersebut tidak jauh meleset, waktu menunjukkan sekitar jam 1.30 WIB tengah malam, pembukaan penuh. Perkiraan normal paling lambat setengah sampai satu jam proses persalinan ibu akan selesai, tetapi perkiraan tersebut meleset. Ditengah perjalanan proses persalinan, ibu hamil tersebut sudah tidak mempunyai tenaga yang mumpuni untuk persalinan normal.

Papa…papa bangun pa, pasien harus dirujuk karena sulit untuk lahir secara normal, kalau tidak bisa dengan bantuan Vakum, pasien sepertinya harus melalui Cesar, ujar istriku sambil bersiap-siap seadanya. Mendengar pasien harus dirujuk saya segera bangun, kulihat jam menunjukkan diangka 3 dini hari.

Kunyalakan segera kendaraan roda empat, kalau-kalau ada hambatan dijalan. ku on kan juga klakson sirine. Alhamdulillah tidak ada hambatan berarti diperjalanan, setelah sampai dirumah sakit, pasien segera masuk ruang UGD. Setelah itu saya menuju musollah untuk sholat Subuh, selesai sholat segera menuju kendaraan untuk memejamkan mata barang sejenak.

******

Matahari telah terbit, ketokan kaca kendaraan itu membangunkanku, kulihat wajah istriku tampak lelah setelah hampir selaman belum tidur sama sekali. Segera kubuka pintu kendaraan, Alhamdulillah pasien tadi sudah lahir dibantu dengan Vakum, karena dilehernya terlilit tali pusar, istriku memberitahu pasien yang dirujuk dini hari tadi. Lega saya mendengar berita baik tersebut.

Bagaiman dengan kuliahmu hari ini, tanyaku dalam perjalanan pulang, kalau capek izin saja, ujarku lagi.

Hari ini saya harus masuk jam 8.30 harus sudah sampai dikampus, karena akan ada ujian, jawab istriku.

Setelah semalaman hampir belum tidur sama sekali, serta tampak sekali wajahnya masih sangat lelah, tetapi dia ternyata harus pergi ke kampus untuk ujian. Tak terbayangkan olehku suaminya bagaimana nanti istriku tercinta membaca soal-soal yang akan dihadapinya.

Dari hari Minggu sampai Kamis disamping buka praktek dari jam 8 pagi juga sebagai ibu yang mengurusi 3 anak yang semuanya laki-laki, sementara Jum’at dan Sabtu menambah ilmu dibangku kuliah. Demi menyesuaikan aturan yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan tentang buka praktek medis khusus kebidanan. Dan bagiku…Istriku perempuan yang sangat hebat.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline