Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Jangan Sakiti Dirimu, dengan Membandingkannya dengan Orang Lain

Diperbarui: 11 Januari 2025   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Membandingkan diri. Freepik.com

Di tengah dunia yang terus bergerak cepat ini, kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain sering kali menjadi rutinitas yang tak disadari. Kehadiran teknologi, khususnya media sosial, semakin mempermudah kita untuk menyaksikan kehidupan orang lain dari jarak jauh. Tampaknya semua orang berlomba-lomba menunjukkan pencapaian, kesuksesan, atau kebahagiaan mereka di hadapan dunia. Hal ini menciptakan fenomena yang disebut “perbandingan sosial” atau social comparison.

Namun, apakah perbandingan ini benar-benar memberikan manfaat bagi kehidupanmu? Atau justru menyakiti dirimu secara perlahan? Untuk menjawabnya, kita perlu memahami akar masalah ini, dampaknya, dan cara untuk keluar dari lingkaran tersebut.

Perbandingan Sosial

Membandingkan diri dengan orang lain sebenarnya adalah hal yang alami dan pernah terjadi pada semua orang. Dalam psikologi, teori perbandingan sosial yang diperkenalkan oleh Leon Festinger pada tahun 1954 menjelaskan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengevaluasi dirinya dengan melihat orang lain. Dengan cara ini, kita mencari tahu di mana posisi kita dalam masyarakat, apakah kita lebih unggul atau tertinggal.

Di satu sisi, perbandingan ini bisa menjadi alat motivasi untuk memperbaiki diri. Misalnya, melihat seseorang berhasil meraih gelar akademik dapat memotivasi kita untuk belajar lebih giat. Tetapi, di sisi lain, perbandingan yang tidak sehat dapat menjerumuskan kita pada jurang ketidakpuasan, terutama jika kita terlalu fokus pada apa yang tidak kita miliki dibandingkan dengan orang lain.

Dalam praktiknya, perbandingan sosial sering kali tidak adil. Kita cenderung membandingkan kelemahan kita dengan kelebihan orang lain. Media sosial memperburuk situasi ini dengan menampilkan versi “terbaik” dari kehidupan seseorang, sementara aspek-aspek sulit atau perjuangan di balik layar sering kali tidak terlihat. Akibatnya, muncul gambaran yang tidak realistis tentang apa yang seharusnya kita capai, yang kemudian memicu rasa rendah diri.

Dampak Perbandingan Sosial terhadap Kehidupan

Ketika perbandingan sosial dilakukan secara berlebihan, dampaknya bisa sangat merugikan, baik secara mental maupun emosional. Kamu mungkin merasa dirimu tidak cukup baik, terjebak dalam tekanan untuk terus mengejar standar yang diciptakan oleh orang lain. Hal ini dapat menyebabkan stres kronis, kecemasan, bahkan depresi.

Salah satu contoh yang nyata adalah fenomena yang dikenal sebagai Impostor Syndrome. Ini adalah kondisi di mana seseorang merasa bahwa pencapaiannya tidak sah atau tidak cukup baik, meskipun orang lain menganggapnya sukses. Perasaan ini sering kali dipicu oleh kebiasaan membandingkan diri dengan orang-orang yang tampaknya lebih unggul.

Sebagai ilustrasi, seorang mahasiswa yang baru lulus mungkin merasa tidak percaya diri dengan pekerjaannya karena ia melihat teman-temannya yang lain sudah bekerja di perusahaan besar. Padahal, setiap orang memiliki waktu dan jalannya masing-masing, dan pencapaian tidak seharusnya dibandingkan secara langsung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline