Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Masalah Kecemasan Menghantui Remeja

Diperbarui: 9 Januari 2025   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kecemasan Pada Remaja.Freepik.com

Kecemasan adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi remaja di era modern. Seiring perkembangan zaman, berbagai aspek kehidupan remaja telah mengalami perubahan signifikan. Kecemasan bukan lagi hanya soal gugup menghadapi ujian atau bertemu orang baru, tetapi telah menjadi masalah serius yang memengaruhi kesehatan mental, fisik, dan emosional mereka. Fenomena ini, jika tidak ditangani, dapat memberikan dampak jangka panjang pada generasi muda yang seharusnya menjadi motor penggerak masa depan.

Namun, apakah kamu pernah bertanya-tanya mengapa kecemasan kini lebih sering menghantui remaja dibandingkan generasi sebelumnya? Apa yang sebenarnya mendorong mereka terjebak dalam lingkaran perasaan cemas yang terus-menerus? Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai faktor penyebab, dampak, dan solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

Kecemasan Remaja dalam Perspektif Modern

Kecemasan adalah respons emosional alami manusia terhadap tekanan atau situasi yang dianggap menantang. Namun, pada remaja, respons ini sering kali berkembang menjadi sesuatu yang tidak terkontrol, terutama karena masa remaja adalah periode transisi yang penuh dengan perubahan besar baik secara fisik, emosional, maupun sosial.

Menurut data dari American Psychological Association (APA), prevalensi kecemasan pada remaja meningkat drastis dalam dua dekade terakhir. Hal ini juga tercermin di Indonesia, di mana data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menunjukkan bahwa sekitar 6% remaja mengalami gangguan mental, termasuk kecemasan. Angka ini kemungkinan lebih tinggi mengingat banyak kasus yang tidak terlaporkan akibat stigma sosial atau kurangnya kesadaran.

Kecemasan pada remaja modern bukan hanya soal perasaan gugup sesaat. Banyak dari mereka mengalami gangguan kecemasan kronis yang memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia. Perasaan cemas ini sering kali melibatkan rasa takut akan kegagalan, penolakan, atau bahkan rasa tidak cukup baik di mata orang lain.

Tekanan Sosial dan Media Digital

Salah satu pemicu terbesar kecemasan pada remaja adalah tekanan sosial yang kini diperburuk oleh kehadiran media digital. Remaja zaman sekarang hidup di bawah pengawasan konstan dunia maya. Media sosial, yang seharusnya menjadi sarana komunikasi, justru sering kali menjadi sumber perbandingan sosial yang tidak sehat.

Di platform seperti Instagram, TikTok, atau YouTube, remaja terus-menerus terpapar pada gambaran kehidupan ideal yang sering kali tidak realistis. Mereka melihat teman sebaya memamerkan pencapaian, kebahagiaan, atau bahkan gaya hidup mewah, yang memunculkan rasa tidak percaya diri. Fenomena ini disebut highlight reel effect, di mana seseorang hanya menampilkan momen terbaik dalam hidupnya di media sosial, sementara sisi lain yang mungkin penuh perjuangan atau kegagalan disembunyikan.

Penelitian dari Royal Society for Public Health (RSPH) di Inggris menemukan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan berhubungan erat dengan peningkatan gangguan kecemasan pada remaja. Salah satu alasannya adalah tekanan untuk mendapatkan pengakuan, seperti jumlah "like" atau komentar positif, yang secara tidak langsung menentukan nilai diri mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline