Minggu Adven ketiga dalam tradisi Kristen, khususnya di Gereja Katolik, memiliki keistimewaan sendiri dari minggu adven lainnya. Dikenal sebagai Minggu Gaudete, hari ini menjadi titik balik dalam masa Adven yang penuh refleksi dan penantian. Minggu ini membawa pesan yang berbeda dibanding Minggu-Minggu sebelumnya: sebuah panggilan untuk bersukacita. Namun, apa yang sebenarnya membuat Minggu Gaudete begitu penting? Bagaimana relevansinya dengan kehidupan spiritual maupun realitas sehari-hari?
Dengan menggali lebih dalam makna, tradisi, dan pesan teologis yang terkandung di dalamnya, kamu akan menemukan bahwa Minggu Gaudete bukan hanya tentang sebuah liturgi rutin, tetapi juga tentang cara hidup yang menghadirkan harapan dan kebahagiaan sejati di tengah pergulatan hidup.
Minggu Gaudete Sebuah Undangan untuk Bersukacita
Nama Gaudete berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti “bersukacitalah.” Ini diambil dari antifon pembuka pada Misa Minggu Adven ketiga:
"Gaudete in Domino semper: iterum dico, gaudete!" yang artinya "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan; sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4).
Hari ini adalah undangan bagi umat untuk merasakan kebahagiaan karena janji Tuhan yang mendekati pemenuhannya. Jika dua Minggu pertama Adven mengajak umat untuk merenung, bertobat, dan memperbaiki diri, Minggu Gaudete menawarkan jeda: sebuah perayaan kecil sebagai tanda harapan bahwa Tuhan, melalui kelahiran Yesus Kristus, akan segera hadir di dunia.
Yang membuat Minggu Gaudete berbeda adalah suasana liturginya. Imam mengenakan pakaian liturgi berwarna merah muda sebuah simbol yang melambangkan sukacita yang bercampur dengan penantian penuh pengharapan. Lilin ketiga pada lingkaran Adven, yang juga berwarna merah muda, dinyalakan pada hari ini sebagai tanda kegembiraan di tengah perjalanan menuju Natal.
Kebahagiaan yang Berakar dalam Iman
Minggu Gaudete bukan hanya sekadar perayaan iman, melainkan juga memiliki makna teologis yang mendalam. Bacaan liturgi pada hari ini menyampaikan pesan yang sangat relevan: bahwa sukacita sejati berasal dari hubungan kita dengan Tuhan, bukan dari hal-hal duniawi yang seringkali bersifat sementara.
Salah satu bacaan penting pada Minggu ini diambil dari Kitab Nabi Zefanya (Zef 17), yang berbunyi: