Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Utang Demi Obsesi Resepsi Pernikahan Mewah

Diperbarui: 2 Desember 2024   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pernikahan.Pixabay.com/ANURAG1112 

“Resepsi pernikahan impian kami harus sempurna, bagaimanapun caranya!”

Pernyataan seperti itu kerap kali terucap dari pasangan muda yang hendak menikah. Dalam pikiran mereka, pernikahan harus menjadi momen gemilang yang meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga, teman, dan bahkan tamu undangan yang tidak begitu dikenal. Sayangnya, obsesi terhadap kesempurnaan ini sering berakhir dengan beban finansial yang sulit diatasi hutang.

Kenapa fenomena ini begitu marak? Apa yang sebenarnya mendorong pasangan untuk berhutang demi pesta satu malam? mari kita  kupas tuntas permasalahan ini, lengkap dengan data, contoh kasus nyata, dan solusi yang dapat diterapkan agar kamu tidak terjebak dalam lingkaran yang sama.

Saat Impian Berubah Menjadi Tekanan Sosial

Dalam banyak budaya di Indonesia, pernikahan tidak hanya menjadi urusan pribadi kedua mempelai. Pernikahan sering kali dianggap sebagai refleksi status sosial keluarga. Semakin megah acaranya, semakin tinggi pula gengsi yang dirasakan.

Namun, era media sosial memperburuk keadaan ini. Foto-foto resepsi mewah dengan dekorasi elegan, busana pengantin rancangan desainer ternama, dan tamu undangan selebriti membanjiri linimasa Instagram. Hal ini memunculkan fenomena “fear of missing out” (FOMO) atau ketakutan dianggap kurang jika tidak mengikuti tren.

Seorang pengantin bernama Dina, 27 tahun, bercerita tentang pengalamannya. “Awalnya, saya dan pasangan ingin resepsi sederhana. Tapi saat melihat pesta teman-teman di Instagram, kami merasa tidak mau kalah. Kami akhirnya meminjam uang Rp150 juta untuk pesta yang ‘layak dipamerkan’.”

Namun, setelah resepsi selesai, Dina dihadapkan pada kenyataan pahit. Bayangan bulan madu dan kehidupan rumah tangga yang manis berganti menjadi tekanan untuk melunasi cicilan hutang yang memakan sebagian besar penghasilan bulanan mereka.

Angka-angka yang Membuka Mata

Menurut data dari lembaga survei keuangan Indonesia, sekitar 40% pasangan di perkotaan mengaku menggunakan pinjaman untuk membiayai resepsi pernikahan mereka. Sebagian besar pinjaman berasal dari:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline