Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Alam Marah? Banjir dan Tanah Longsor Terjadi di Berapa Tempat di Sumut!

Diperbarui: 1 Desember 2024   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah warga di Kota Medan terjebak banjir di hari pencoblosan Pilkada serentak pada Rabu (27/11/2024). (Dok BPBD Sumut )

Pada akhir November 2024, bencana banjir dan tanah longsor melanda berbagai wilayah di Sumatera Utara. Peristiwa ini bukan hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga mengingatkan kita betapa rentannya ekosistem kita. Ratusan rumah tergenang oleh banjir, jalan raya terputus, dan ribuan warga harus dievakuasi. Beberapa korban bahkan kehilangan nyawa. Hujan deras yang terus mengguyur selama dua hari menjadi pemicu utama bencana ini, tetapi akar masalahnya jauh lebih dalam.

Bencana ini seharusnya menjadi alarm bagi kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Namun, bagaimana sebenarnya bencana ini terjadi, apa dampaknya, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya di masa depan?

Mengapa Banjir dan Tanah Longsor Terjadi?

Kamu mungkin bertanya, mengapa banjir dan tanah longsor semakin sering terjadi di Beberapa wilayah di Indonesia? Bukankah di wilayah tropis curah hujan adalah fenomena alam yang wajar? Memang benar, tetapi masalahnya terletak pada bagaimana manusia memperlakukan alam.

1. Hutan yang Hilang, Risiko yang Meningkat
Sebelum itu perlu kita tahu, hutan di Sumatera Utara terus mengalami kerusakan dari tahun ke tahun. Data dari lembaga lingkungan menunjukkan bahwa wilayah hutan di Sumatera Utara telah berkurang lebih dari 30% dalam dua dekade terakhir. Penggundulan hutan, baik untuk pembalakan liar maupun alih fungsi lahan menjadi pemukiman, lahan pertanian, perkebunan sawit, telah mengurangi kemampuan alam menyerap air hujan.

Ketika hujan deras turun, tanah yang seharusnya menyerap air kini tidak mampu menahannya. Akibatnya, air langsung mengalir ke dataran rendah, menyebabkan banjir. Selain itu, akar-akar pohon yang biasanya menjaga kestabilan tanah di lereng gunung kini tak ada lagi, sehingga tanah mudah longsor.

2. Tata Ruang yang Tidak Terkontrol
Pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang juga menjadi penyebab utama. Banyak pemukiman dan fasilitas umum dibangun di daerah yang sebenarnya rawan bencana. Contohnya adalah pembangunan di kawasan lereng curam atau di sepanjang daerah aliran sungai (DAS).

Wilayah seperti ini seharusnya dilindungi dan difungsikan sebagai zona resapan air. Namun, kenyataannya, banyak dari wilayah tersebut diubah menjadi kawasan pemukiman atau pertanian. Ketika bencana terjadi, wilayah-wilayah ini menjadi yang paling terdampak.

3. Perubahan Iklim yang Makin Parah
Perubahan iklim global telah menyebabkan cuaca ekstrem menjadi lebih sering terjadi. Curah hujan tinggi yang biasanya hanya terjadi dalam siklus tertentu kini menjadi lebih sulit diprediksi. Di Sumatera Utara, hujan deras yang menguyur beberapa daerah selama dua hari kemarin berturut-turut ini melampaui ambang batas normal, menyebabkan sungai-sungai meluap dan tanah di lereng menjadi tidak stabil sehingga hal seperti banjir dan tanah longsr sulit untuk diindari.

Dampak yang Tidak Bisa Diabaikan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline