Puncak Jayawijaya, yang berada di ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut, adalah salah satu keajaiban alam Indonesia yang luar biasa. Pegunungan ini tidak hanya menjadi tujuan pendaki dunia, tetapi juga rumah bagi es abadi yang sangat langka di wilayah tropis. Namun, kemegahan ini kini menghadapi ancaman serius: es abadi yang telah bertahan selama ribuan tahun perlahan meleleh. Fenomena ini bukan sekadar perubahan lanskap alam, melainkan tanda darurat dari krisis iklim global yang harus kamu pahami.
Permata Langka di Cincin Api Pasifik
Puncak Jayawijaya, bagian dari Pegunungan Sudirman di Papua, terkenal karena gletsernya yang disebut "es abadi." Gletser ini terbentuk ribuan tahun lalu dan menjadi salah satu dari sedikit gletser di dunia yang berada di garis khatulistiwa. Namun, mulai tahun 1980-an, ukuran gletser ini menyusut dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gletser Jayawijaya telah kehilangan lebih dari 80% luasnya dalam empat dekade terakhir. Para peneliti memperkirakan, jika tren ini terus berlangsung, es abadi Jayawijaya akan benar-benar hilang pada tahun 2028.
Kehilangan ini tidak hanya menjadi kerugian bagi Papua atau Indonesia, tetapi juga mencerminkan ketidakseimbangan lingkungan yang terjadi secara global.
Mengapa Es Abadi Meleleh? Penyebab yang Tak Bisa Diabaikan
Mungkin kamu bertanya, apa sebenarnya yang membuat es abadi di Jayawijaya mencair begitu cepat? Jawabannya terletak pada perubahan iklim, fenomena global yang dipicu oleh aktivitas manusia.
Peningkatan Suhu Global
Temperatur bumi meningkat secara signifikan akibat emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Peningkatan suhu global ini menyebabkan lapisan es di Jayawijaya mencair lebih cepat dari biasanya.Efek Pola Cuaca Ekstrem
Fenomena seperti El Nio, yang meningkatkan suhu di kawasan Pasifik, turut memperburuk situasi. Selama periode El Nio, curah hujan berkurang dan suhu udara meningkat, mempercepat pencairan es.Minimnya Kesadaran Lingkungan
Selain faktor alami, manusia juga memiliki kontribusi besar. Deforestasi, penambangan, dan aktivitas industri di sekitar kawasan Papua mempercepat hilangnya es abadi ini.