Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Meningkatkan Ekonomi Melalui Sektor Pertanian

Diperbarui: 19 November 2024   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Petani.Pixabay.com/vietnguyenbui 

Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa nilai tukar rupiah terhadap dolar sering fluktuatif? Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan ekonomi Indonesia pada impor, termasuk bahan pangan dan produk agrikultur. Padahal, Indonesia adalah negara agraris yang kaya dengan hasil alam. Lalu, bagaimana jika sektor pertanian dioptimalkan untuk mengurangi impor, meningkatkan ekspor, dan akhirnya memperkuat nilai tukar rupiah? Yuk, kita bahas lebih dalam.

Masalah Ketergantungan Impor dan Lemahnya Ekspor

Indonesia memiliki masalah besar yaitu ketergantungan pada impor bahan pangan seperti gandum, kedelai, dan gula. Menurut data Kementerian Pertanian, Indonesia mengimpor sekitar 80% kebutuhan kedelai untuk memenuhi konsumsi nasional. Masalah ini tidak hanya membebani neraca perdagangan, tetapi juga melemahkan nilai tukar rupiah karena permintaan dolar untuk impor terus meningkat.

Sebaliknya, ekspor produk pertanian Indonesia sebenarnya cukup potensial, tetapi belum dikelola dengan maksimal. Produk seperti kopi, kakao, dan rempah-rempah memiliki permintaan tinggi di pasar global, namun volume ekspornya masih kalah jauh dibandingkan negara pesaing seperti Vietnam atau Brasil. Ini menandakan ada ruang besar untuk perbaikan kita disektor pertanian seperti komodidi yang disebut.

Mengapa Sektor Pertanian Bisa Menjadi Solusi?

Sektor pertanian bukan sekadar penghasil bahan pangan, sektor ini juga bisa menjadi mesin penggerak ekonomi. Ketika pertanian berkembang, akan terjadi peningkatan produksi domestik, pengurangan impor, dan pembukaan pasar ekspor baru. Semua ini berkontribusi pada masuknya devisa ke negara, yang pada akhirnya memperkuat nilai tukar rupiah.

Kamu mungkin bertanya-tanya, bagaimana caranya? Jawabannya ada pada tiga poin utama, modernisasi teknologi, diversifikasi produk, dan peningkatan infrastruktur.

Modernisasi Teknologi Pertanian

Salah satu alasan utama produktivitas pertanian Indonesia masih rendah adalah minimnya adopsi teknologi yang digunakan dalam pertanian. Banyak petani yang masih menggunakan cara tradisional, yang hasilnya kurang optimal. Padahal, teknologi seperti drone untuk pemetaan lahan, irigasi pintar, dan mesin tanam otomatis sudah terbukti mampu meningkatkan hasil panen di berbagai negara.

Bayangkan jika petani di Indonesia diberi akses ke teknologi ini. Misalnya, dengan menggunakan drone, petani bisa mengetahui kondisi tanah dan kebutuhan air tanaman dengan lebih akurat. Hasilnya? Panen meningkat, biaya operasional berkurang, dan produk yang dihasilkan lebih kompetitif di pasar global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline