Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Geng Motor di Medan Makin Marak, Pemerintah dan Kepolisian Tutup Mata?

Diperbarui: 18 November 2024   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komplotan geng motor bersenjata tajam menyerang warung mie Aceh di Sumut (13/11/2024) dini hari. (Dok warga )

Kota Medan, sebagai pusat aktivitas masyarakat Sumatera Utara, kini menghadapi tantangan serius yang semakin meresahkan warganya. Bukan soal kemacetan atau polusi udara, tetapi tentang keberadaan geng motor yang semakin hari makin berani menunjukkan taringnya. Tidak hanya menjadi gangguan di jalanan, geng motor juga kerap terlibat dalam tindakan kriminal yang menciptakan rasa tidak aman bagi masyarakat. Pertanyaannya, di mana peran pemerintah dan kepolisian dalam mengatasi masalah ini?

Ancaman Baru bagi Kota Medan

Medan sebenarnya bukan satu-satunya kota di Indonesia yang menghadapi fenomena geng motor. Namun, di kota ini, keberadaan mereka seolah telah menjadi masalah yang sulit dipecahkan. Aksi balapan liar, perusakan fasilitas umum, hingga tindakan kriminal seperti perampasan barang milik warga sudah menjadi bagian dari "identitas" mereka. Bagi kamu yang tinggal di Medan, mungkin sudah tidak asing lagi dengan cerita tentang kelompok remaja bersepeda motor yang membawa senjata tajam dan menyerang secara acak.

Dalam beberapa tahun terakhir, laporan tentang aksi geng motor meningkat tajam. Data dari kepolisian menunjukkan bahwa sebagian besar anggota geng motor ini adalah remaja berusia 15 hingga 25 tahun. Sebagian besar dari mereka berasal dari lingkungan yang kurang mendukung, baik secara ekonomi maupun pendidikan. Namun, apa pun alasannya, tindakan mereka tidak bisa dibenarkan karena telah merugikan banyak pihak.

Kisah Warga yang Jadi Korban

Cerita tentang korban geng motor semakin banyak terdengar di Medan. Salah satunya adalah kisah Siti, seorang karyawan yang menjadi korban perampasan di Jalan pada malam hari. Saat itu, Siti sedang dalam perjalanan pulang sepulang kerja rumah tangga di . Tiba-tiba, sekelompok pemuda dengan sepeda motor mengepungnya. Tanpa basa-basi, tas miliknya dirampas, dan ia didorong hingga terjatuh ke aspal.

"Aku hanya bisa menangis dan berteriak minta tolong, tapi jalanan sepi, tidak ada yang membantu. Tas yang dirampas itu berisi uang belanja dan kartu identitasku," ujar Siti dengan nada lirih. Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi sekali dua kali, tetapi hampir setiap minggu ada laporan serupa dari warga lainnya.

Pemerintah dan Kepolisian Di Mana Perannya?

Maraknya geng motor di Medan mengundang pertanyaan besar tentang keberadaan pemerintah dan kepolisian. Patroli malam memang sering dilakukan, tetapi mengapa aksi geng motor tidak juga surut? Razia kendaraan bermotor di beberapa titik juga sering dilakukan, tetapi hasilnya tidak signifikan. Geng motor seolah memiliki cara untuk menghindari penindakan hukum, membuat masyarakat semakin was-was.

Menurut seorang pengamat sosial di Medan, lemahnya koordinasi antara pemerintah dan kepolisian menjadi salah satu penyebab utama. "Kamu bisa lihat sendiri, patroli sering hanya bersifat simbolis. Begitu patroli selesai, geng motor kembali beraksi. Tidak ada upaya serius untuk menghancurkan struktur kelompok ini dari akarnya," jelasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline