Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

Freelace Writer

Angka Pernikahan Turun? Gen Z Asik dengan Dunia Sendiri

Diperbarui: 6 November 2024   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Menikah.Pixabay.com/Pexels

Saat ini, ada fenomena menarik yang terjadi di kalangan generasi muda, khususnya generasi Z. Di banyak negara, termasuk Indonesia, angka pernikahan di kalangan Gen Z menurun secara signifikan. Anak-anak muda yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an ini tampak memiliki pandangan hidup yang berbeda dari generasi sebelumnya. Jika dulu pernikahan dianggap sebagai salah satu tujuan utama hidup, kini banyak Gen Z yang merasa bahwa komitmen ini belum perlu ada di dalam rencana hidup mereka.

Faktanya, banyak penelitian menunjukkan adanya perubahan besar dalam pola pikir generasi ini terhadap institusi pernikahan. Salah satu survei dari Pew Research Center menunjukkan bahwa lebih dari 30% anak muda merasa tidak perlu menikah untuk hidup bahagia dan mapan. Hal serupa juga terlihat di Indonesia, di mana survei BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan penurunan angka pernikahan pada kelompok usia muda. Tapi mengapa ini terjadi? Apakah mereka benar-benar sibuk dengan dunia mereka sendiri, atau ada faktor lain yang membuat mereka ragu untuk menikah?

Menunda Pernikahan untuk Fokus pada Karier dan Pengembangan Diri

Alasan pertama dan paling dominan adalah keinginan Gen Z untuk fokus pada karier dan pengembangan diri. Generasi ini tumbuh dalam era digital yang memberi mereka peluang luas untuk belajar, bekerja, dan berkembang tanpa harus terikat pada norma sosial tradisional seperti pernikahan di usia muda. Dunia yang semakin global memungkinkan mereka untuk memiliki kesempatan besar dalam pendidikan dan karier. Mereka mengakses informasi secara cepat, terbuka terhadap berbagai budaya, dan ingin meraih berbagai pencapaian dalam hidup mereka sebelum mempertimbangkan untuk menikah.

Menurut survei dari LinkedIn pada tahun 2023, sekitar 40% Gen Z memilih untuk lebih fokus membangun karier yang stabil sebelum memikirkan untuk menikah. Bagi mereka, karier adalah bagian penting dari identitas dan masa depan mereka. Memiliki stabilitas finansial, reputasi, dan pengalaman profesional lebih diutamakan sebelum memasuki komitmen yang besar seperti pernikahan. Hal ini juga menunjukkan bahwa pernikahan, yang dulu dianggap sebagai ‘langkah dewasa’ atau simbol kesuksesan, kini tak lagi relevan bagi sebagian anak muda yang memandang pencapaian individu sebagai prioritas utama.

Faktor Ekonomi yang Mendorong untuk Menunda Pernikahan

Di tengah biaya hidup yang semakin tinggi, memiliki kehidupan mandiri sebagai lajang ternyata dirasa lebih praktis. Bagi Gen Z yang tinggal di kota-kota besar, mereka menghadapi realitas mahalnya biaya pernikahan, harga properti yang semakin melambung, serta biaya hidup sehari-hari yang terus meningkat. Ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa banyak anak muda yang merasa belum siap secara finansial untuk menikah. Mereka tidak ingin memulai rumah tangga dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil. Dengan adanya beban ekonomi seperti itu, memilih menunda atau bahkan tidak menikah menjadi hal yang lebih realistis dan masuk akal bagi mereka.

Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa rata-rata biaya pernikahan di Indonesia, terutama di perkotaan, dapat mencapai puluhan juta rupiah. Hal ini tentu memberatkan bagi mereka yang masih berusaha membangun karier dan menabung untuk kebutuhan masa depan. Jika dibandingkan, generasi sebelumnya mungkin memiliki peluang membeli rumah atau menabung dengan lebih mudah. Sementara itu, bagi Gen Z, situasi ekonomi yang menantang seperti saat ini mendorong mereka untuk berpikir lebih panjang sebelum memutuskan menikah.

Pandangan Baru terhadap Komitmen Jangka Panjang

Gen Z juga menunjukkan pandangan yang berbeda tentang hubungan dan komitmen. Bagi sebagian besar generasi ini, hidup bahagia tidak selalu berarti harus terikat dalam hubungan pernikahan. Mereka mulai memandang pernikahan sebagai pilihan, bukan keharusan. Ini adalah sebuah pergeseran besar dari generasi sebelumnya yang cenderung menganggap pernikahan sebagai simbol stabilitas dan kedewasaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline