Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

Freelace Writer

Lonely Marriage Akar Banyaknya Kasus Perceraian?

Diperbarui: 28 Oktober 2024   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pasangan yang Mengalami lonely marriage.Pixabay.com/Mohamed_hassan 

Di era modern ini, banyak pasangan yang tampak bahagia di luar namun sebenarnya merasa kesepian dalam ikatan pernikahan mereka. Fenomena ini dikenal sebagai lonely marriagae atau pernikahan kesepian. Meskipun hidup bersama dalam satu rumah, pasangan yang mengalami lonely marriage sering kali merasa terpisah secara emosional. Akibatnya, angka perceraian kian meningkat, dan lonely marriage diyakini menjadi salah satu akar masalahnya. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada keharmonisan keluarga, tetapi juga pada kesehatan mental masing-masing individu.

Bagaimana lonely marriage bisa muncul, apa dampaknya, dan yang terpenting, bagaimana cara mencegahnya? Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang lonely marriage sebagai salah satu faktor pendorong perceraian yang harus kita waspadai.

Penyebab Pernikahan Menjadi Kesepian

Lonely marriage bukanlah kondisi yang muncul secara tiba-tiba. Banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang merasa kesepian dalam pernikahan. Di antaranya adalah:

  1. Kurangnya Komunikasi yang Efektif
    Komunikasi adalah dasar dari setiap hubungan, terutama pernikahan. Banyak pasangan yang awalnya merasa saling memahami, namun seiring berjalannya waktu, komunikasi mereka mulai berkurang. Kesibukan kerja, tanggung jawab rumah tangga, dan urusan lain sering kali menyita waktu sehingga tidak ada lagi ruang untuk berbicara secara mendalam. Jika komunikasi yang ada hanya bersifat teknis dan praktis, seperti soal urusan anak atau keuangan, maka tidak ada ruang untuk mengekspresikan perasaan yang lebih personal. Akibatnya, pasangan merasa kesepian meski masih berbagi kehidupan bersama.

  2. Ekspektasi Pernikahan yang Tidak Realistis
    Pernikahan sering kali diharapkan menjadi solusi untuk kebahagiaan yang stabil. Namun, ketika realita tidak sesuai dengan ekspektasi, timbul rasa kecewa dan frustrasi yang bisa memicu ketegangan emosional. Banyak yang berharap pasangan akan memenuhi semua kebutuhan emosional mereka, padahal kenyataannya setiap orang tetap butuh waktu dan ruang untuk diri sendiri. Harapan yang tidak realistis ini kerap membuat pernikahan terasa hampa karena pasangan merasa gagal memenuhi standar tersebut.

  3. Peran Teknologi dan Media Sosial
    Ironisnya, teknologi yang seharusnya memudahkan komunikasi malah bisa menjadi penghalang bagi banyak pasangan. Banyak pasangan yang lebih sering terfokus pada gadget dan media sosial dibandingkan berinteraksi langsung. Media sosial juga menciptakan ilusi hubungan sempurna yang sering kali membuat pasangan merasa tertekan untuk tampil ideal. Akibatnya, alih-alih membangun hubungan yang lebih dekat, mereka justru merasa semakin jauh karena kurangnya perhatian yang tulus satu sama lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline