Aktivitas pertambangan di Indonesia adalah salah satu sektor ekonomi yang mendatangkan keuntungan besar bagi negara. Berbagai jenis mineral berharga seperti batu bara, nikel, emas, dan tembaga menjadi incaran, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tapi juga untuk diekspor ke berbagai negara.
Namun, di balik keuntungan yang diraih dari tambang ini, tersimpan permasalahan besar yang berdampak serius pada lingkungan. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari bahwa dampak aktivitas tambang terhadap lingkungan tak bisa dianggap remeh.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara lengkap bagaimana tambang merusak lingkungan, mengapa hal ini menjadi persoalan serius, dan apa yang bisa kita lakukan bersama untuk mengurangi dampak buruknya.
Tambang dan Kerusakan Ekosistem
Pertambangan, khususnya yang dilakukan dengan metode terbuka, memiliki dampak langsung yang sangat besar terhadap ekosistem. Untuk melakukan tambang terbuka, perusahaan tambang biasanya melakukan deforestasi atau penebangan hutan secara masif di area yang dianggap memiliki kandungan mineral yang tinggi. Pohon-pohon ditebang, dan vegetasi yang tumbuh alami di atas tanah pun diratakan. Proses ini menyebabkan hilangnya habitat bagi flora dan fauna yang hidup di area tersebut.
Kamu bisa bayangkan, ketika sebuah area hutan yang luas dibuka hanya demi mengambil batu bara atau mineral lainnya, hewan-hewan yang biasanya tinggal di sana kehilangan tempat tinggalnya. Misalnya, kasus tambang di Kalimantan yang mengakibatkan hilangnya habitat orangutan, satwa endemik yang kini terancam punah. Bukan hanya orangutan, hutan juga menjadi rumah bagi banyak spesies lain yang, jika punah, bisa mengganggu keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Hilangnya vegetasi di hutan juga menyebabkan tanah kehilangan stabilitasnya sehingga menjadi rentan terhadap erosi.
Contoh konkret lainnya adalah kasus di Gunung Botak, Maluku, di mana aktivitas tambang emas ilegal menyebabkan kerusakan lahan dan pencemaran lingkungan yang parah. Tanah di area ini kini rusak parah, dan aliran sungai yang menjadi sumber air masyarakat terkontaminasi oleh bahan kimia berbahaya dari aktivitas tambang.
Pencemaran Air Akibat Limbah Tambang
Salah satu dampak paling merusak dari aktivitas tambang adalah pencemaran air. Dalam proses penambangan, limbah atau tailing yang mengandung bahan kimia beracun seperti merkuri, arsenik, dan sianida sering kali dibuang ke sungai atau danau sekitar. Limbah ini kemudian mencemari sumber air bersih, yang pada akhirnya merusak ekosistem air dan membahayakan kesehatan masyarakat setempat. Menurut penelitian WALHI, pencemaran air akibat tambang di Indonesia telah mengancam kesehatan ratusan ribu orang yang tinggal di sekitar area tambang.
Misalnya, di tambang emas Poboya, Sulawesi Tengah, limbah merkuri yang dibuang ke sungai telah menyebabkan banyak kasus keracunan pada masyarakat yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Merkuri dan bahan kimia lainnya sangat berbahaya jika masuk ke tubuh, karena dapat merusak fungsi otak, ginjal, dan sistem saraf. Bukan hanya manusia, ikan dan biota air lain yang hidup di sungai juga terancam, sehingga akhirnya mengurangi stok ikan dan mempengaruhi pendapatan nelayan setempat.