Lembur tanpa bayaran menjadi isu yang cukup mengundang perdebatan di dunia kerja saat ini.
Sebagian orang menganggapnya sebagai bentuk loyalitas, sedangkan sebagian lainnya menganggapnya sebagai bentuk perundungan atau eksploitasi tenaga kerja.
Di balik dilema tersebut, muncul pertanyaan yang mendasar: apakah lembur tanpa dibayar benar-benar mencerminkan dedikasi seorang karyawan terhadap perusahaan, atau justru menunjukkan bahwa mereka sedang mengalami tekanan dan perlakuan tidak adil?
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang fenomena lembur tanpa bayaran, mengapa hal ini terjadi, serta bagaimana dampaknya terhadap karyawan dan perusahaan.
Loyalitas Seberapa Besar Pengorbanan yang Wajar?
Dalam lingkungan kerja yang kompetitif, loyalitas sering kali dianggap sebagai nilai tambah bagi seorang karyawan.
Tidak sedikit perusahaan yang memandang loyalitas sebagai salah satu kriteria utama dalam menilai kinerja dan potensi karir seorang pekerja. Lembur tanpa bayaran bisa saja dianggap sebagai wujud nyata dari loyalitas ini.
Karyawan yang rela mengorbankan waktu pribadi mereka demi pekerjaan dilihat sebagai individu yang berdedikasi tinggi, mau bekerja keras, dan siap menghadapi tantangan.
Namun, seberapa besar pengorbanan ini dianggap wajar?
Sering kali, karyawan yang memilih untuk lembur tanpa bayaran melakukannya karena merasa tanggung jawab terhadap proyek atau target tertentu. Mereka ingin menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu dan memberikan hasil yang maksimal.