Generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, adalah generasi emas yang kadang melakukan sesuatu tanpa pemikiran matang, mereka tumbuh di era digital, di mana segala sesuatu dapat diakses dengan cepat melalui internet. Dari informasi hingga hiburan, semuanya bisa ditemukan hanya dengan satu klik.
Namun, salah satu fenomena yang tidak bisa diabaikan dari generasi ini adalah pola konsumsi yang tidak sehat, terutama terkait konsumsi gula yang semakin meningkat. Kecanduan gula di kalangan Gen Z menjadi isu yang serius dan memunculkan pertanyaan penting: Apakah ini mengkhawatirkan?
Kecanduan Gula dan Dampaknya pada Kesehatan Fisik
Ketergantungan gula bukan hanya masalah kecil yang bisa diabaikan. Konsumsi gula berlebih memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan fisik, terutama bagi generasi muda.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh American Heart Association, konsumsi gula tambahan yang direkomendasikan untuk remaja adalah tidak lebih dari 25 gram atau sekitar 6 sendok teh per hari.
Sayangnya, banyak remaja dan anak muda yang justru mengonsumsi gula hingga dua kali lipat dari jumlah tersebut, baik melalui minuman ringan, permen, camilan manis, maupun makanan olahan.
Apa bahaya dari konsumsi gula berlebih ini? Salah satunya adalah meningkatnya risiko obesitas, yang semakin banyak dialami oleh Gen Z. Data dari World Health Organization menunjukkan bahwa tingkat obesitas di kalangan remaja telah meningkat secara signifikan dalam dua dekade terakhir.
Obesitas ini tidak hanya berdampak pada penampilan fisik, tetapi juga menjadi pintu gerbang bagi penyakit lain seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan bahkan kanker.
Di Indonesia sendiri, tren ini semakin terlihat. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka obesitas di kalangan remaja mencapai 13,5%, dan angka ini terus bertambah setiap tahunnya.
Konsumsi gula berlebih juga dapat mempengaruhi kesehatan gigi. Kandungan gula yang tinggi dalam makanan dan minuman dapat menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang.