Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Mengulik Teknologi AI di Dunia Pendidikan, Apakah Membawa Kemajuan?

Diperbarui: 29 September 2024   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi AI dalam dunia pendidikan. Pixabay.com/Scholaris 

Perkembangan teknologi artificial intelligence (AI) telah membawa perubahan yang sangat signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Di era digital saat ini, AI semakin populer digunakan di ruang kelas, platform pembelajaran daring, hingga evaluasi akademik. Namun, muncul pertanyaan yang tak terhindarkan: apakah dampak AI dalam pendidikan lebih banyak membawa sisi positif, atau justru memicu dampak negatif? 

Salah satu keuntungan terbesar dari penggunaan teknologi AI dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk menyediakan pembelajaran yang dipersonalisasi. Dengan menggunakan algoritma yang canggih, AI dapat menganalisis pola belajar dan kebutuhan individu siswa. 

Misalnya, platform seperti Khan Academy dan Coursera menggunakan AI untuk memberikan rekomendasi materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa. Ini memungkinkan siswa belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka. Siswa yang cepat memahami materi dapat melanjutkan ke topik berikutnya tanpa harus menunggu teman sekelasnya, sementara siswa yang membutuhkan bantuan tambahan bisa mendapatkan materi remedial yang lebih sesuai. 

Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Harvard University menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan pendekatan yang dipersonalisasi menunjukkan peningkatan hingga 30% dalam pemahaman materi dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional. Dengan demikian, AI tidak hanya meningkatkan hasil belajar, tetapi juga membuat proses belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

Namun, meskipun manfaat ini sangat menggembirakan, kita tidak bisa mengabaikan potensi ketergantungan pada teknologi. Terlalu bergantung pada sistem AI dapat membuat siswa kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri. Ini adalah masalah yang nyata, terutama ketika siswa mulai mengandalkan AI untuk mendapatkan jawaban tanpa berusaha memahami prosesnya. Ketika siswa terlalu terbiasa dengan solusi instan yang ditawarkan oleh teknologi, mereka bisa kehilangan kemampuan untuk melakukan analisis mendalam dan berpikir kreatif.

Sisi lain dari penggunaan AI dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk mengurangi beban administratif bagi pendidik. Dengan otomatisasi tugas-tugas rutin, seperti penilaian tugas berbasis pilihan ganda dan pengolahan data hasil belajar, guru dapat lebih fokus pada pengembangan metode pengajaran yang efektif. 

Contoh nyata adalah penggunaan sistem penilaian otomatis yang kini sudah diterapkan di banyak sekolah. Dengan sistem ini, guru tidak perlu lagi menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksa ujian, melainkan bisa menggunakan waktu tersebut untuk memberikan umpan balik dan bimbingan yang lebih mendalam kepada siswa.

Di sisi lain, ada tantangan besar yang dihadapi oleh pendidik di era AI. Salah satunya adalah penggantian peran guru. Seiring berkembangnya aplikasi pembelajaran berbasis AI, seperti chatbot yang dapat memberikan bimbingan belajar, muncul kekhawatiran bahwa peran guru akan semakin tergeser. Meskipun teknologi dapat memberikan banyak informasi, tidak ada yang bisa menggantikan sentuhan manusia dalam pendidikan. 

Guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga membangun hubungan emosional dengan siswa, memberikan dukungan moral, dan membantu siswa mengatasi tantangan pribadi. Ini adalah aspek yang tidak bisa diberikan oleh mesin, tidak peduli seberapa canggihnya teknologi.

Lebih jauh lagi, penggunaan AI di dunia pendidikan juga membawa tantangan terkait privasi dan keamanan data. Dalam proses pembelajaran yang dipersonalisasi, data siswa harus dikumpulkan dan dianalisis. Ini bisa mencakup informasi yang sangat sensitif, mulai dari pola belajar hingga informasi pribadi. Jika data ini tidak dikelola dengan baik, bisa menjadi target empuk bagi para pelaku kejahatan siber. Menurut laporan dari Cybersecurity & Infrastructure Security Agency (CISA), lebih dari 60% institusi pendidikan mengalami pelanggaran data pada tahun 2021. Kasus kebocoran data ini dapat berdampak fatal, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi reputasi institusi pendidikan itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline